Jakarta, CNN Indonesia -- Ayu, bukan nama sebenarnya, menghabiskan setiap harinya untuk merawat suami tercinta, Andi (74), yang mengidap
demensia alzheimer. Perempuan 67 tahun itu merawat Andi di bawah bayang-bayang mantan kekasih suaminya.
Semenjak menderita
alzheimer, Andi kehilangan banyak memori, termasuk istri dan keluarganya. Dia malah mengingat kenangan bersama mantan.
"Waktu dites, dia mengingat satu nama, itu mantannya. Itu jadi
memori yang lekat bagi dia. Saya tidak masalah, asal suami saya senang," kata Ayu saat bercerita dengan
CNNIndonesia.com, Kamis (20/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayu tak mempermasalahkan hal itu. Dia sadar orang dengan demensia (ODD) mengalami banyak kemunduran dalam fungsi kognisi. Sebagaimana diketahui, ODD mengalami gejala seperti kehilangan daya ingat, penurunan daya pikir, gangguan berbahasan, hingga disorientasi.
"Pernah lagi di rumah sakit, dia tanya 'mana
eneng?' Kami (Ayu dan eneng) sudah kayak saudara. Apalah yang mau
dicemburuin,
yang penting senang, mau ngapain
sih udah nenek-nenek,
aki-aki masa cemburu," ungkap Ayu.
Rasa cinta Ayu pada Andi membuatnya tetap ikhlas dan sabar menjaga sekaligus merawat sang suami. Ayu menganggap ini sebagai salah satu tanda bakti pada suami yang telah menghidupi dan menikahinya sejak 46 tahun lalu.
Setiap hari, di rumahnya di Bandung, Ayu sering kali mengawali hari pada pukul 03.00 pagi. Setelah tahajud, ibu tiga anak ini memulai rutinitas saat suaminya masih terlelap. Dia mulai melakukan pekerjan rumah seperti menyapu, menyiram tanaman, dan memasak.
Saat Andi bangun, Ayu langsung memandikan sang suami. Dia menggunakan produk bayi mulai dari sampo, sabun, pasta gigi hingga losion agar tidak perih jika terkena mata. Memandikan merupakan salah satu kegiatan yang paling sulit bagi Ayu.
"Susah mandinya, karena,
kan, berdiri.
Udah gitu suami saya lebih tinggi dari saya.
Riweuh. Pakai losion segala biar tetap lembap," ucap Ayu.
Selesai mandi, Ayu lalu memberi sarapan dan mengajak suaminya untuk berjemur sembari berolahraga ringan.
Saat siang datang, Ayu kembali memberi makan untuk Andi. Menu yang dihidangkan pun beragam setiap hari. Mulai dari kacang merah, sayur lodeh, ikan, ayam hingga daging.
Semua makanan itu mesti dibuat dengan lunak agar mudah ditelan. Andi saat ini juga mulai kesulitan dalam makan. Dia lebih senang menyantap jajanan anak-anak di warung. Bahkan, Andi dapat menghabiskan jajanan itu dalam sekejap saja.
Ayu juga menjaga dan menemani kegiatan suaminya setiap hari. Sebagai seorang
caregiver, dia tak bisa jauh-jauh dari ODD. Sebab, jika ditinggalkan begitu saja, ODD bisa melakukan kegiatan yang di luar logika.
Aneka fase perubahan perilaku sang suami pun pernah dilalui Ayu. Mulai dari halusinasi, paranoid, hingga marah-marah berkepanjangan. Beragam perilaku tak biasa seperti meludah dan buang air besar sembarangan pun pernah dialami Ayu.
Ayu bahkan kini mesti berkawan dengan darah tinggi. Tulang belakangnya pun sempat bermasalah karena kerap mengangkat sang suami yang sering terjatuh.
"Awalnya tekanan tapi ikhlas dan sabar selalu dimudahkan. Semua itu proses, saya banyak belajar dari bapak," kata Ayu.
Agar tidak bosan, Ayu memanfaatkan waktunya menjaga suami sambil membuat kerajinan tangan. Sembari duduk memantau Andi, Ayu meracik prakarya dari botol dan minuman bekas.
"Mau baca
udah tua begini enggak begitu sanggup. Mau nonton kadang bosan, jadinya saya bikin kerajinan dari bungkus kopi jadi tas, dari botol minum jadi tempat duduk, macam-macam," tutur Ayu.
Sambil beraktivitas, Ayu juga kerap melepas stres dengan bernyanyi atau goyang poco-poco. "Buat hiburan saya bersenandung, nyanyi-nyanyi
wae sendiri atau poco-poco," ujar Ayu.
Bagi Ayu, merawat ODD tidaklah mudah. Biaya yang dikeluarkan pun tak sedikit. Dalam setiap bulan, Ayu bisa menghabiskan Rp5 juta untuk membeli susu, popok, dan berbagai keperluan lainnya.
(ptj/asr)