Pelukis Disabilitas Turut Pamerkan Karya di PSLI 2018

Kemenpar | CNN Indonesia
Selasa, 16 Okt 2018 17:11 WIB
Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) akan memamerkan berbagai karya unik, salah satunya yakni karya pelukis disabilitas Sadikin Pard.
Ilustrasi (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia --
Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) 2018 yang berlangsung 12-21 Oktober di Jatim Expo, Jl. Ahmad Yani, Surabaya, memamerkan karya yang luar biasa, mulai dari lukisan berbahan batu akik hingga bulu unggas. Tak hanya itu, pameran ini juga akan menghadirkan karya pelukis disabilitas, yakni Sadikin Pard.

Sebagai tuna daksa, Sadikin melukis menggunakan kaki dan mulutnya. Namun keterbatasan itu justru menjadi pemicu ia berkarya. Saat ini, karya Sadikin sudah go international. Ia juga merupakan satu dari sembilan orang Indonesia yang masuk dalam AMFPA, Asosiasi Seniman Lukis Kaki dan Mulut dunia yang bermarkas di Liechtenstein.


Sadikin termasuk pelukis dengan gaya realis. Namun sering kali dia mengubah gayanya menjadi impresionis. Lukisannya didominasi oleh penggunaan warna-warna cerah dan tegas. Paduan warna tersebut, selain menghasilkan objek yang yang dilukis, juga menjadi permainan warna kontras yang menarik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tergantung mood saja. Saya dulu pelukis realis, tapi juga bisa gaya impresionis. Sampai sekarang gaya melukis saya, ya impresionis," kata Sadikin seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (16/10).

Sadikin pun mengatakan dia mulai melukis sejak duduk di bangku sekolah dasar, meski waktu itu hanya sekadar hobi. Sadikin juga mengatakan bahwa dirinya sempat menjadi seorang pengusaha, namun mengalami kebangkrutan.

"Saya pernah jatuh bangun di dunia usaha. Tapi akhirnya Saya putuskan fokus ke dunia lukis. Tapi Saya tetap memanfaatkan kemampuan Saya di bidang marketing dalam memasarkan lukisan Saya," ungkapnya.


Dengan kegigihannya, Sadikin bisa dibilang bisa menjadi teladan. Ia membuktikan kekurangan seharusnya tidak menjadi penghalang untuk mencapai kesuksesan.

Lukisan Sadikin sendiri saat telah dipamerkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Ia pun turut melanglang buana bersama lukisannya.

"Saya tidak penah meminta apa pun kepada siapa pun, termasuk agar orang lain menghargai saya. Saya selalu mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak bertanya apa yang saya dapatkan, tapi apa yang sudah saya berikan. Dengan begitu, saya akan termotivasi untuk terus menghasilkan karya," tuturnya.

Selain Sadikin, ada pula pelukis yang menggunakan media batu akik, yaitu Kamiludin. Menurut Kamiludin, ide itu muncul karena ingin memanfaatkan bongkahan batu akik yang terbengkalai.

"Sebenarnya ini terobosan baru dalam dunia lukis. Saya memang sudah lama menjadi pelukis, namun perlu ada sesuatu berbeda yang bisa dijadikan bahan lukisan," ujar Kamiludin.

Pria yang tinggal di kawasan Candi Sidoarjo ini mengaku tak butuh waktu lama untuk memanfaatkan batu akik ini menjadi bahan lukisannya. Dia tetap memakai konsep pemandangan pada lukisan gaya barunya ini.

Saat melukis, Kamiludin menggunakan sekitar 10-15 jenis batu dalam satu lukisan. Di antaranya batu pirus, pancawarna, batu ati ayam, dan giok. Batu-batu yang dipakai itu biasanya masih dalam bentuk bongkahan atau potongan-potongan.


"Saya harus bisa memilah jenis batu apa yang cocok untuk membentuk gunung, bangunan, dan pepohonan," terangnya.

Jika dalam bentuk bongkahan, dia bisa memotong memakai gerinda menjadi potongan kecil dan ditempel di kanvas dengan lem G.

"Tapi bisa juga potongan batu itu dibuat serbuk, baru kemudian ditempel di kanvas. Biasanya ini untuk bagian laut atau langit," katanya.

Di sudut lain, ada pula yang memamerkan lukisan dengan bahan bulu unggas. Pelukisnya adalah Susmiadi. Dia memakai tiga jenis bulu unggas yakni ayam, bebek, dan merpati.

"Dari bulu-bulu itu saya berimajinasi membuat lukisan. Kali ini yang dijual lukisan hewan semisal macan, cheetah, kuda, dan ayam. Pernah juga saya melukis potrait Bung Karno ukuran 3×1 meter memakai bulu," ujar Susmiadi.

Susmiadi mengaku mendapatkan bulu-bulu itu dari pedagang di pasar. Mulai pedagang ayam, bebek, hingga merpati.

"Stok bulu saya beli dari penjual di pasar. Bulu tak mesti sehat sehabis dicabut. Dapat satu minggu sesudah dicabut, tetapi yang penting tak basah," ungkapnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan 60 persen sektor pariwisata berasal dari budaya dan 30 persen dari alam.

"Tugasnya Kementerian Pariwisata adalah lebih mempublikasikan dan mempromosikan agar wisatawan datang ke Indonesia, khususnya ke pameran lukisan ini," ucap Arief.

Arief menambahkan, PSLI dapat pula menjadi ajang pariwisata. Menurutnya, pengunjung dapat melihat secara langsung lukisan yang indah.

"Semua wisatawan yang suka lukisan akan tertarik. Mereka tidak hanya bisa menikmati saja seperti pameran. Tapi juga bisa memilikinya, karena lukisan di PSLI dijual," ujarnya.
(mle/egp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER