Jakarta, CNN Indonesia --
Debat Capres 2019 digelar perdana digelar Kamis (17/1). Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memaparkan beragam visi misinya pada publik dalam
debat perdana ini. Apa yang disampaikan bakal memengaruhi nasib keduanya dalam
Pilpres 2019.Dalam
debat, kedua paslon terlihat tampil kompak dengan peci yang tersemat di atas kepalanya. Prabowo-Sandi, misalnya, yang memadukan peci dengan setelan jas hitam dan kemeja putih. Setelan itu percis seperti apa yang keduanya pakai dalam foto surat suara.
Sementara paslon Jokowi-Ma'ruf tampak hadir dengan baju serba putih. Sama seperti Prabowo-Sandi, keduanya juga tampak menyematkan peci hitam di atas kepalanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi pria Indonesia, peci merupakan
fashion item pelengkap penampilan dalam beragam kesempatan. Peci seolah-olah menjadi simbol kebangsaan.
Peci sendiri berasal dari bahasa Belanda '
pet' yang berarti 'kopiah', dan '
je' yang berarti kecil. Jika digabung, peci merupakan kopiah kecil.
Sejarawan Hendri Isnaeni mengatakan, penggunaan peci dalam budaya orang Indonesia tak lepas dari sosok Ir. Soekarno. Dia bahkan nyaris tak pernah lepas dari peci berwarna hitam. Bahkan, dalam kesempatan wawancaranya bersama Cindy Adams, Soekarno menyebut peci sebagai simbol nasionalisme.
Kopiah beludru hitam itu disebut Soekarno sebagai tanda pengenalnya. Lebih dari itu, peci juga disebut sebagai lambang kebangsaan.
Namun, masyarakat tampaknya lupa dengan sosok Tjipto Mangunkusumo yang juga kerap mengenakan peci. "Tampaknya Soekarno mengikuti jejak gurunya, lebih memilih peci beludru hitam," ujar Hendri.
 Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam Debat Pilpres 2019. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Asal muasal peciSimbol bangsa itu pula yang barangkali membuat Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi sama-sama mengenakan peci dalam agenda
debat capres-cawapres kali ini.
Padahal, jauh sebelum Soekarno menyebut peci sebagai identitas bangsa, kopiah beludru hitam itu telah lebih dulu dikenal di antara para pedagang Arab.
Artikel berjudul "The Origin of the Songkok or Kopiah" yang dipublikasikan dalam
The Brunei Times menuliskan bahwa songkok atau peci diperkenalkan oleh para pedagang Arab. Mereka berdagang sembari menyebarkan Islam di Brunei Darussalam.
Namun, versi lain menyebut peci juga menjadi populer di wilayah Malaysia sekitar abad 13 saat Islam mulai mengakar di sana. Spekulasi pun bermunculan seputar songkok. Yang jelas, orang Arab dianggap sebagai pemrakarsa penggunaan songkok.
Di negara-negara Islam, songkok cukup populer meski memiliki bentuk berbeda. Turki, misalnya, yang memiliki
fez dengan bentuk hampir serupa
taboosh di Mesir.
Fez memiliki tali turban cukup panjang dan kemudian dililitkan pada leher. Namun, pada perkembangannya, turban ini hilang.
Sementara di Asia Selatan,
fez dikenal dengan topi rumi atau topi Romawi. Ini jadi simbol identitas Islam dan menunjukkan dukungan Muslim India untuk kekhalifahan yang dipimpin oleh Kekaisaran Ottoman.
Sebagian ahli meyakini bahwa
fez merupakan nenek moyang dari bentuk songkok yang kini tersebar di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia dengan nama peci.
(els/asr)