Infertilitas idiopatik menjadi salah satu jenis dan gangguan kesuburan yang menjadi sorot perhatian. Betapa tidak, gangguan kesuburan ini terjadi tanpa alasan yang jelas.
Infertilitas sendiri didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah satu tahun melakukan hubungan seksual teratur tanpa kontrasepsi. Sebanyak 80 persen pasangan akan hamil dalam 12 bulan pertama berhubungan seksual.
Namun, jika pasangan tak juga mendapatkan kehamilan setelah setahun berhubungan seks, maka pasangan perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Infertilitas idiopatik terjadi saat pasangan tak kunjung mendapatkan anak setelah setahun berhubungan seks tanpa penyebab yang jelas.
Pada kasus infertilitas idiopatik, hasil pemeriksaan sperma, penilaian fungsi ovulasi, dan uji patensi tuba dinyatakan normal. Namun, kehamilan tak kunjung diraih.
"Infertilitas idiopatik terjadi pada sekitar 10 persen pasangan di dunia dengan gangguan kesuburan," ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSPI, Gita Pratama, dalam keterangan resminya, Selasa (23/3).
Meski tak diketahui penyebabnya, bukan berarti pasangan dengan infertilitas idiopatik tak dapat memiliki keturunan. Tingkat kehamilan secara spontan pada pasangan ini justru lebih tinggi daripada pasangan dengan penyebab infertilitas yang lain.
Penelitian menunjukkan, angka kehamilan secara spontan terjadi sebanyak 13-15 persen pada percobaan tahun pertama dan meningkat menjadi 35 persen pada percobaan tahun berikutnya.
"Akan tetapi, angka kehamilan secara spontan terus menurun dengan durasi infertilitas lebih dari tiga tahun dan pada pasangan yang wanitanya berusia di atas 30 tahun," jelas Gita.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pasangan dengan gangguan kesuburan jenis ini untuk mencapai kehamilan. Berikut di antaranya.
Tingkat kehamilan spontan pada pasangan dengan infertilitas jenis ini cukup tinggi. Melakukan hubungan teratur 1-2 hari sekali pada masa subur sangat-lah penting untuk mencapai kehamilan.
"Manajemen ekspetatif terutama dapat dilakukan pada pasangan dengan usia wanita di bawah 35 tahun dan usia pernikahan di bawah 2 tahun," jelas Gita.
Apabila kehamilan tak bisa didapatkan dengan manajemen ekspetatif, maka pasangan disarankan melakukan inseminasi intrauterine yang dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan penyubur.
Lihat juga:7 Tips Sukses Program Bayi Tabung |
Inseminasi sendiri merupakan metode yang dilakukan dengan cara memasukkan sperma yang sudah ditingkatkan kualitasnya langsung ke dalam rongga rahim. Cara ini akan meningkatkan keberhasilan kehamilan dengan meniadakan faktor serviks dan antibodi antisperma yang sering dikaitkan sebagai penyebab infertilitas idiopatik.
Program bayi tabung dapat menjadi salah satu solusi, apalagi jika program inseminasi tidak membuahkan hasil.
Keberhasilan program bayi tabung pada pasangan dengan infertilitas idiopatik mempunyai angka keberhasilan yang cukup tinggi sebesar 30-40 persen.
(asr)