Jakarta, CNN Indonesia -- Ragam prosedur pembesaran alat kelamin pria tersedia. Namun, penelitian anyar justru menemukan, alih-alih membuat penis lebih besar, prosedur justru tak efektif dan membawa sederet risiko.
Beberapa risiko dihadirkan dari prosedur pembesaran penis, di antaranya disfungsi ereksi, mati rasa permanen, kelainan bentuk penis, dan pemendekkan.
Tim merupakan para ahli urologi di King's College beserta peneliti di Institute of Psychiatry, Psychology, and Neuroscience. Mereka meninjau 17 studi dengan data dari sebanyak 1.192 pria yang telah melakukan prosedur, baik bedah maupun nonbedah, untuk memperbesar alat kelamin mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prosedur nonbedah termasuk suntik dan vakum. Sedangkan intervensi bedah termasuk sayatan pada ligamen, cangkok jaringan, dan pembongkaran penis.
"[Tinjauan] menemukan, secara keseluruhan hasil prosedur sangat kurang, dengan tingkat kepuasan rendah dan tinggi risiko komplikasi," tulis peneliti, mengutip
The Independent.
Daripada menjalani prosedur pembesaran yang hasilnya belum tentu, peneliti menyarankan para pria untuk melakukan konseling terstruktur. Injeksi atau suntik dilakukan sebagai pilihan terakhir.
Prosedur pembesaran penis membutuhkan biaya tak sedikit. Dalam sekali prosedur, pasien di Inggris harus mengeluarkan biaya setidaknya 40 ribu pound atau sekitar Rp748,5 juta.
Mereka yang menjalani prosedur kerap mendapatkan diagnosis
penile dysmorphia. Mereka kerap merasa memiliki ukuran kelamin pria yang kecil, padahal penis berukuran normal.
[Gambas:Video CNN] (els/asr)