Cerita Orang Tua Terapkan Pendidikan Seks untuk Anak

CNN Indonesia
Kamis, 05 Sep 2019 22:22 WIB
Pendidikan seks penting diterapkan sejak dini pada anak. Komunikasi yang terbuka membantu anak agar terhindar dari jerat kekerasan seksual.
Ilustrasi (Foto: Istockphoto/Nadezhda1906)
Jakarta, CNN Indonesia --

"Sentuhan boleh, sentuhan boleh, kepala, tangan, kaki, karena sayang, karena sayang, karena sayang. Sentuhan tidak boleh, sentuhan tidak boleh, yang tertutup baju dalam. Hanya diriku, hanya diriku, hanya diriku yang boleh menyentuh."

Sayup-sayup Dewi Kania memutar cuplikan lagu "Sentuhan Boleh, Sentuhan Tidak Boleh" melalui YouTube. Pegawai swasta ini kerap memutar lagu tersebut sejak sang anak, Blayana Shobita, berusia dua tahun.

"Dia [Blayana] hafal banget lagu ini. Terus kalau habis mandi suka bilang 'Malu, malu' gitu sama neneknya," ujar Dewi pada CNNIndonesia.com saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

[Gambas:Youtube]

Bukan tanpa alasan lagu itu sering diputarnya. Lagu menjadi bagian dari pendidikan seksualitas buat si buah hati. Mengantar anak mengenal bagian tubuhnya, pun mana saja yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain. Hal ini dilakukan demi menjauhkan anak dari tindak pelecehan seksual.

Senada dengan Dewi, Lilis Setyaningsih juga menanamkan pendidikan seksualitas sejak kecil pada sang puteri, Anindita. Dia berkata, mulai usia 2 atau 3 tahun, Anindita sudah tidak dimandikan sang ayah.

"Kenapa enggak boleh? Saya bilang, yang boleh ibu karena punya kamu sama dengan punya ibu, kamu punya vagina. Kalau ayah punya penis, kan, beda," kata Lilis.

Di rumah, Lilis dan keluarga membiasakan diri memakai istilah seksualitas--seperti organ intim--yang sebenarnya. "Santai saja mau bilang vagina, penis," kata dia.

Kini, Anindita telah menginjak usia 14 tahun. Lilis pun lebih banyak mengajak ngobrol sang anak. Keduanya terbiasa mengobrol sebelum tidur.

Yang diobrolkan umumnya terkait kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan, semisal pemerkosaan oleh seseorang yang baru dikenal di media sosial. Dari sini, diharapkan anak lebih berhati-hati dan bisa menjaga diri.

Psikolog klinis, Inez Kristani, mengatakan pentingnya orang tua memberikan edukasi seputar seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi anak sejak dini. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kecanggungan saat topik seksualitas mendadak diangkat saat anak berusia remaja.

Inez mengatakan, orang tua dapat memperkenalkan anatomi tubuh sejak anak berusia 1-2 tahun. Hindari obrolan satu arah saat anak menginjak usia remaja.

"Kebanyakan orang tua satu arah saja. Ini enggak efektif, perlu dibiasakan dua arah," ujar Inez dalam sebuah peluncuran hasil survei pendidikan seksualitas di Jakarta Selatan, medio Juli.

Orang tua bisa menanyakan pendapat anak untuk menjalankan komunikasi dua arah. "Jadi enggak cuma aturan dan larangan, tapi juga nilai-nilai yang dianut," tambah Inez.

Hasil survei Reckitt Beckinser melalui Durex menemukan bahwa orang tua tak lagi menjadi 'guru' utama soal seksualitas dan kesehatan reproduksi saat anak telah melewati usia pubertas. Posisi orang tua digantikan oleh teman sebaya.

Survei juga menemukan, sebanyak 61 persen anak mengaku takut bertanya pada orang tua terkait seksualitas karena takut dihakimi. Sebagian lainnya merasa lebih nyaman berdiskusi dengan teman sebaya.

Survei dilakukan dengan mengikutsertakan sebanyak 500 responden di sejumlah kota besar di Indonesia.

Artinya, hasil survei memperlihatkan betapa orang tua tak lagi dijadikan sumber informasi seksualitas utama. Inez memaklumi hal tersebut. Semakin anak bertambah usia, paparan informasi bisa berasal dari mana saja.

Namun, Inez mengingatkan bahwa informasi yang didapat belum tentu benar dan dapat dipercaya sepenuhnya. Orang tua, seyogianya tetap menjadi pegangan utama sumber informasi anak.

Oleh karena itu, lanjut Inez, penting untuk membangun komunikasi dengan anak sejak dini.

[Gambas:Video CNN]

(els/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER