Jakarta, CNN Indonesia --
Kebaya bukan hanya sekadar pakaian etnik untuk beragam kegiatan resmi di
Indonesia. Lebih dari pada itu, kebaya sebagai busana nasional merupakan representasi bangsa Indonesia di dalam dan luar negeri. Tak heran, jika Ibu Negara Indonesia kerap memakai kebaya saat pertemuan kenegaraan.
Kebaya memang jadi identitas negara.
Sejak zaman Presiden Soekarno hingga Joko Widodo atau
Jokowi, ibu negara memiliki kesamaan dalam memilih pakaian nasional yang dipakai dalam kegiatan kenegaraan yakni kebaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berjenis kebaya, karakter dan gaya kebaya tiap ibu negara mulai dari Fatmawati Soekarno, Tien Soeharto, Ainun Habibie, Sinta Wahid, Ani Yudhoyono, hingga Iriana Jokowi berbeda satu sama lain.
Pengamat sekaligus dosen tata busana Suciati menjelaskan kebaya ibu negara merepresentasikan jati diri berupa nilai femininitas perempuan Indonesia. Busana Ibu Negara ini juga menjadi acuan mode bagi banyak perempuan Indonesia.
"Peran ibu negara sangat besar. Dia Ibu Bangsa, simbol kemakmuran, simbol keramahtamahan, simbol religi, peradaban, dan pendidikan," kata perempuan yang meneliti karakter visual busana nasional Ibu Negara Indonesia dari tahun 1945-2014 untuk disertasi di ITB kepada
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Menurut Suciati karakter dan gaya kebaya Ibu Negara berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai latar belakang. Asal daerah, religi, dan karakteristik pribadi sangat berpengaruh pada pilihan kebaya mereka.
Berikut karakter dan gaya kebaya Ibu Negara Indonesia dari masa ke masa.
 Foto: AFP PHOTO Fatmawati Soekarno yang berkebaya |
1. FatmawatiFatmawati merupakan Ibu Negara pertama Indonesia yang mendampingi Presiden Soekarno. Dalam memilih kebaya, Fatmawati dipengaruhi budaya Lampung, asal daerahnya serta Jawa dan Bali, asal Soekarno.
Fatmawati memakai kebaya etnik berukuran panjang dan juga pendek. Kebaya itu bermotif dan berenda formal.
"Sebagai orang Bengkulu, dia juga menghormati suaminya yang Jawa, Bali. Dia memakai kebaya formal, tapi tidak ribet. Dan sebagai orang Melayu, ada selendang panjang," ucap Suciati.
2. Raden Ayu Siti Hartinah atau TienTien yang berasal dari Jawa memunculkan karakter Keraton yang mengikuti pakem. Mulai dari selalu memakai kebaya kutubaru pendek, kain sinjang, sanggul hingga selendang yang selalu dilipat dan tidak pernah digerai.
"Yang saya amati, baliau memakai kebaya keraton untuk mantri, yang berarti pelayan masyarakat," tutur Suciati.
Istri Soeharto ini juga merupakan salah satu orang yang mempopulerkan penggunaan kebaya kutubaru di dunia modern.
3. Hasti Ainun BesariIstri Presiden BJ Habibie ini menampilkan sosok perempuan berkebaya yang sederhana dan elegan, tapi tetap mengikuti pakem. Kebaya yang sederhana ini mencerminkan perempuan yang berkarier dan intelektual.
"Simpel saja dan intelektual sekali," ujar Suciati.
4. Sinta NuriyahSama seperti Ainun, Sinta juga menampilkan kesan intelektual dalam gaya berkebaya. Selain itu, saat mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta juga memperlihatkan kesan religi yang kuat.
Kesan religi itu tampak dari kerudung yang disampirkan dengan rapi di atas sanggul. Selain itu, alih-alih memakai selop, Sinta memakai sepatu pantofel karena mesti beraktivitas dengan kursi roda.
5. Kristiani Herrawati atau Ani YudhoyonoLewat kebayanya, Ani Yudhoyono memunculkan kesan perempuan yang aktif dan dinamis. Terlihat dari siluet kebaya yang feminim, energik, dan tegas.
"Ibu Ani lebih banyak sinjang (kain panjang) atau sarung dan pakai kebaya seperti tunik, memunculkan kesan bekerja dinamis, cepat, dan reaktif. Begitu kesan visualnya," ungkap Suciati.
 Foto: CNN Indonesia/Safir Makki Kebaya Iriana Jokowi |
6. Iriana JokowiSementara itu, Iriana Jokowi lebih banyak mengenakan kebaya semi formal, yang tidak lagi mengikuti pakem. Kebaya Iriana cenderung mengikuti gaya masa kini.
"Beliau tidak pakem, tapi masa kini, rambut dicepol saja, selendang banyak digerai, kain tidak pakem, sudah dimodifikasi, dan alas kaki juga telihat pakai sneakers," kata Suciati.
Yang mana gaya kebaya Ibu Negara Indonesia favorit Anda?
(ptj/chs)