Jakarta, CNN Indonesia -- Penggunaan
rokok elektrik kian meresahkan. Kini, studi teranyar menunjukkan bahwa cairan
vape beraroma dapat memperburuk
asma.Studi ini menjadi penelitian pertama yang mencari dampak penggunaan rokok elektrik terhadap penyakit asma secara spesifik.
"Ini sangat penting bagi mereka yang mengidap penyakit pernapasan seperti asma," ujar penulis utama studi, David Chapman, melansir
Medical Xpress.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti dari Amerika Serikat (AS) dan Australia ini menemukan bahwa beberapa cairan rokok elektrik beraroma--baik dengan atau tanpa nikotin--dapat mengubah cara kerja saluran pernapasan.
Kendati demikian, efek negatif
vape dengan memperburuk asma hanya ditemukan secara spesifik dalam beberapa aroma atau rasa. Artinya, tidak semua cairan beraroma memiliki konsekuensi yang sama pada kesehatan paru-paru.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal
Scientific Reports ini menemukan rasa
black licorice dapat menimbulkan peradangan pada saluran pernapasan. Sebaliknya, aroma
cinnacide justru dapat menekan peradangan.
"Temuan ini menyoroti potensi bahaya cairan rokok elektrik beraroma, sekalipun tanpa nikotin. Kami berharap ada kehati-hatian dalam mempromosikan penggunaannya kepada pasien asma," ujar Chapman.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan rokok elektrik telah melonjak secara drastis. Penelitian menyebut, sekitar 9 persen remaja berusia 18-24 tahun menggunakan rokok elektrik.
Secara global, survei yang dilakukan oleh Statista Global Consumer tahun 2019 menemukan China dalam posisi teratas pengguna rokok elektrik terbanyak sebanyak 20 persen. Diikuti oleh Prancis (14 persen), AS (13 persen), Inggris (13 persen), dan Italia (12 persen).
Sebelumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menetapkan wabah penyakit paru-paru akibat
vape, beberapa di antaranya memperburuk asma. Sebanyak tujuh korban di antaranya dilaporkan meninggal akibat penggunaan rokok elektrik.
[Gambas:Video CNN] (asr/asr)