Mengenal Hyperlaxity, Duduk Silang dan Kelenturan Jokowi

CNN Indonesia
Kamis, 24 Okt 2019 16:46 WIB
Jokowi duduk dengan cara yang tak biasa. Dia duduk dengan kaki menyilang hanya di bagian telapak kakinya dan 'mempertemukan' ujung jari kedua kakinya.
Jokowi duduk dengan cara yang tak biasa. Dia duduk dengan kaki menyilang hanya di bagian telapak kakinya dan 'mempertemukan' ujung jari kedua kakinya. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cara duduk menyilang Presiden Jokowi saat tengah memperkenalkan menteri-menteri di Kabinet Indonesia Maju jadi perhatian netizen.

Jokowi duduk dengan cara yang tak biasa. Dia duduk dengan kaki menyilang hanya di bagian telapak kakinya dan 'mempertemukan' ujung jari kedua kakinya.

Dokter kesehatan olahraga Michael Triangto, SpKO mengungkapkan bahwa kondisi Jokowi ini kemungkinan disebut sebagai hyperlaxity.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hyperlaxity adalah kondisi di mana seseorang punya elastisitas atau kelenturan tubuh yang tinggi. Ini seperti urat dan otot yang kendor," kata Michael kepada CNNIndonesia.com, Kamis (24/10).

Hyperlaxity bisa diibaratkan sebagai kelenturan tubuh yang lebih tinggi dibanding elastisitas. Dengan kata lain, orang yang hyperlaxity punya fleksibilitas yang lebih tinggi daripada orang yang bertubuh fleksibel.


Hanya saja, kata Michael, orang yang hyperlaxity seperti Jokowi ini bukan disebabkan karena latihan atau olahraga.

"Ini bukan hasil latihan (olahraga). Mau latihan sampai kapanpun juga enggak mungkin mengubah fleksibility ke hyperlaxity."

"Hanya orang-orang tertentu yang bisa. Orang yang berdiri saja susah melakukannya, apalagi duduk."

Mengutip Mayo Clinic, hyperlaxity disebut juga sebagai sendi atau otot longgar, atau sendi hypermobile (hypermobility joint).

Kondisi ini menggambarkan kemampuan sendi untuk bergerak di luar rentang gerak normal. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak dan kemampuannya menurun seiring bertambahnya usia.

Pada anak-anak hal ini bisa terjadi karena jaringan ikat mereka belum sepenuhnya berkembang.

Mengutip Healthline, kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya, namun dianggap juga bisa terkait dengan kelainan perkembangan tulang yang diturunkan yaitu sindrom Ehlers-Danlos, dan gangguan jaringan ikat yaitu sindrom Marfan.

Hyperlaxity ini biasanya disebabkan oleh bentuk tulang dan kedalaman soket sendi yang berbeda dan riwayat keluarga.

"Tapi kondisi ini bukan double joint, beda," ucapnya.

Melihat kondisi hyperlaxity saat duduk seperti Jokowi ini, diungkapkan Michael, ada beberapa hal yang bisa dianalisa.

"Coba dilihat apakah dia merasa sakit saat melakukan hal tersebut? apa wajahnya terlihat kesakitan? apakah dia sangat berusaha atau memaksakan diri untuk mempertemukan jari-jari di kedua kakinya? Jawabannya tidak. Ini adalah salah satu ciri hyperlaxity."

Gaya duduk silang JokowiGaya duduk silang Jokowi. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Selain itu, meski tak bisa memastikan apakah dia juga melakukan hyperlaxity di sendi bagian tubuh lainnya, namun Michael beranggapan kalau ada kemungkinan dia bisa melakukannya dengan sendi tubuh lainnya.

"Saat duduk menyilang, ada banyak sendi yang terlibat. Dari sendi angkle, lutut, panggul, sampai pinggang. Dianalisa dari posisi duduknya dan sendinya dia juga terlihat nyaman dan tidak kesakitan, berarti ada kemungkinan sendi-sendi lain juga bisa, karena dari sekian banyak sendi itu saja sudah elastis."

"Di posisi kaki saja, kalau orang biasa (tidak hyperlaxity) pasti tumit kakinya terangkat. Tapi ini (Jokowi) enggak."

Terkait hyperlaxity atau kelenturan tubuh tinggi ini, disebut Michael tak ada pengaruhnya dengan berat badan dan lingkar tubuh. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER