Jakarta, CNN Indonesia -- Peran
media sosial kini tak sekadar menghubungkan lebih banyak orang di dunia. Media sosial juga menjadi 'mesin pencetak' tren
gaya hidup dalam hitungan detik.
Pesta pernikahan ikonik, olahraga di gym, perayaan hari-hari bahagia, hingga tradisi minum teh sore, telah menjadi pilihan gaya hidup bagi sejumlah orang di dunia.
Takut kehilangan momen, kesenangan, dan kedekatan dalam lingkaran sosial atau
fear of missing out (FOMO) menjadi asalan mengapa orang rela mengeluarkan banyak uang, bahkan terlilit utang demi membiayai tren gaya hidup yang kian mahal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Topik ini diangkat dalam sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan jasa audit, pajak, dan konsultasi keuangan di Inggris, KPMG Company.
Penelitian itu mendapati setengah penduduk Inggris (52 persen) terlibat utang akibat pemenuhan 'kebutuhan' gaya hidup, mengutip
Metro Uk. Sekitar 21 persen memiliki hutang kartu kredit, 13 persen melakukan pinjaman online, dan 12 persen berhutang pada pasangan atau keluarga.
Psikolog klinis di Cardinal Clinic Roz Halari mengungkap, media sosial dan FOMO memang rentan membuat seseorang melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak mampu dilakukan, seperti menggunakan kartu kredit untuk makan-makan di restoran atau membeli barang baru.
Selain itu, Halari menjelaskan ada hal-hal lain yang mempengaruhi seseorang bisa terlilit hutang, yaitu kondisi psikologis.
"Kini kita memiliki uang yang tampaknya tidak terbatas yaitu kartu kredit yang menawarkan bunga rendah dan penawaran yang kadang berlebihan sehingga menyebabkan orang banyak berhutang," jelas Halari.
Kondisi itu bisa diperparah bila seseorang mengalami kondisi mental tertentu seperti spontanitas, impulsif, kontrol emosi yang buruk. Masalah itu mengarahkan seseorang untuk melakukan pengeluaran berlebihan dan menumpuk hutang.
"Suasana hati yang buruk dan kurang percaya diri juga dapat membuat kita cenderung melakukan pengeluaran berlebihan," tutur Halari.
Tak berhenti di situ. Bila dibiarkan, kebiasaan berhutang akhirnya dapat menciptakan kecanduan, sikap obsesif, dan mengurangi kesehatan mental dengan berbagai cara.
Pada tahun 2010, Royal College of Psychiatrists mengungkapkan bahwa orang dewasa yang mengalami masalah utang juga berurusan dengan masalah kesehatan mental. Berupa kecemasan, suasana hati yang rendah, dan banyak lagi.
Cara keluar dari lilitan utang gaya hidupWalau sulit untuk keluar dari lingkaran sosial, demi kesehatan keuangan dan mental, Halari merekomendasikan sejumlah hal agar bisa keluar dari gaya hidup yang mahal.
Pertama ialah melakukan pembelian tunai. Sebab, kartu kredit dapat membuat seseorang merasa selalu punya uang, sehingga memicu tumbuhnya sikap impulsif.
Dengan membiasakan diri menggunakan tunai, kemampuan untuk mengatur keuangan juga akan terasah, dan membuat Anda lebih 'perhitungan' demi kebaikan.
Lalu, jujurlah pada diri sendiri dan kerabat bahwa Anda sedang tak bisa mengeluarkan uang hanya untuk 'bersenang-senang'.
Anda bisa menggunakan bahasa halus seperti 'ingin menabung' demi tujuan tertentu sehingga tak bisa sering-sering mengeluarkan uang untuk makan-makan, ke salon, atau bentuk sosialisasi kekinian lainnya.
[Gambas:Video CNN] (ayk/ayk)