Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam kondisi
lapar, makanan yang ada di depan mata terasa begitu menggoda. Tanpa disadari, rasa lapar kerap membuat beberapa orang
mengunyah makanan terlalu cepat.
Padahal, makan dengan terburu-buru dapat meningkatkan risiko beberapa gangguan kesehatan.
Mengutip situs kesehatan
WebMD, otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit sejak kunyahan pertama untuk memberikan sinyal kenyang pada tubuh. Makan dengan lambat memberi otak cukup waktu untuk memberikan sinyal kenyang tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah studi yang dipresentasikan dalam forum American Heart Association Scientific Sessions menemukan, makan cepat dapat membuat berat badan bertambah dan mendorong tubuh untuk mengembangkan sindrom metabolik. Nama terakhir merupakan kombinasi dari sejumlah faktor risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
"Orang yang makan dengan cepat cenderung sulit merasa kenyang dan pada gilirannya mengonsumsi makanan secara berlebih," ujar penulis studi dari Hiroshima University, Takayuki Yamaji, mengutip
Science Alert. Mengutip berbagai sumber, berikut sederet masalah kesehatan akibat makan terburu-buru.
1. Gangguan pencernaan dan sakit perutGangguan pencernaan menjadi salah satu akibat umum dari kebiasaan makan terlalu cepat. Salah satu gejala yang muncul berupa sensasi terbakar yang membuat perut terasa nyeri.
Rasa tak nyaman ini umumnya bakal hilang dengan sendirinya saat tubuh telah berhasil mencerna makanan. Jika gangguan berlanjut, konsultasikan dengan dokter untuk memastikan ada atau tidaknya komplikasi lain.
 Ilustrasi. Secara keseluruhan, kebiasaan mengunyah makanan terlalu cepat berisiko pada peningkatan berat badan. (Istockphoto/Urilux) |
2. Berat badan bertambahMakan terlalu cepat secara signifikan dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan hingga obesitas. Mengutip sebuah analisis dari 23 studi yang diterbitkan dalam
International Journal of Obesity menemukan, makan dengan cepat membuat angka indeks massa tubuh (BMI) lebih tinggi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal
Nutrients juga menemukan, mereka yang terbiasa makan dengan santai cenderung memiliki kadar hormon
ghrelin yang lebih rendah. Hormon ini berperan untuk meningkatkan nafsu makan saat tubuh merasa lapar. Rendahnya hormon
ghrelin membuat seseorang makan dengan porsi lebih sedikit.
Mengutip
Live Strong, peningkatan berat badan juga dapat terjadi saat koneksi antara sinyal rasa lapar dan kenyang pada otak terputus. Makan cepat membuat otak 'lupa' memberikan sinyal kenyang karena hilangnya memori tentang seberapa banyak makanan yang telah dikonsumsi tubuh.
"Masalah pada memori ini menjadi penentu berapa banyak makanan yang akan kita konsumsi pada momen berikutnya. Makan cepat di siang hari dapat membuat Anda mengonsumsi makanan secara berlebih di malam hari," jelas ahli nutrisi, Georgie Fear.
3. DiabetesPada dasarnya, makan cepat tak secara langsung menyebabkan diabetes tipe-2. Namun, meningkatnya resistensi insulin yang terjadi pada mereka yang terbiasa makan dengan cepat pada gilirannya akan memicu timbulnya diabetes.
Selain itu, mengunyah makanan terlalu cepat juga berhubungan dengan kenaikan berat badan yang menjadi salah satu faktor risiko utama diabetes.
4. Sindrom metabolikResistensi insulin terkait pula dengan sindrom metabolik atau kombinasi faktor risiko diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang menunjukkan bahwa mereka yang makan dengan cepat lebih mungkin mengalami sindrom metabolik daripada mereka yang makan dengan lambat.
Tak hanya itu, para pemakan cepat juga disebut cenderung memiliki ukuran lingkar pinggang yang lebih besar dan kadar kolesterol baik (HDL) yang rendah. Keduanya kerap menjadi pertanda penyakit jantung.
5. Radang perutGastritis erosif merupakan peradangan yang menggerogoti lapisan perut. Mengutip
Clean Eating, sebuah studi menemukan, tanda-tanda gastritis cenderung dialami oleh pasien yang terbiasa dengan makan cepat.
Para peneliti menduga, makan terburu-buru membuat makanan cenderung tertelan begitu saja tanpa dikunyah hingga selesai. Hal itu membuat makanan berada di perut dalam waktu yang lebih lama dan pada gilirannya merusak lapisan perut.
[Gambas:Video CNN] (asr/asr)