Di Antara Wisata Mewah dan Kelestarian Alam Seychelles

CNN Indonesia
Jumat, 17 Jan 2020 14:53 WIB
Salah satu destinasi wisata mewah di dunia, Seychelles, sedang berusaha mengatur kedatangan turis agar kelestarian alam tetap terjaga.
Pulau Silhouette, pulau terbesar ke-tiga di Seychelles. (Yasuyoshi CHIBA / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di sebuah area teduh di pesisir pantai putih bersih di Pulau Mahe, terdengar sayup-sayup lagu reggae dari sebuah radio milik Nareen, seorang pekerja di kapal pesiar mewah yang tengah membakar ikan sambil sesekali minum rum.

Keluarganya sedang menghabiskan akhir pekan di sebuah pantai yang biasanya didatangi turis mancanegara. Namun pantai-pantai di Seychelles tidak pernah terlalu ramai.

"Kami tidak memiliki pariwisata massal di sini, dan itu mengesankan. Itulah yang kami inginkan," kata Nareen (32) yang meminta nama lengkapnya tidak dipublikasikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, seperti warga negara lainnya, ia mencari nafkah dari industri pariwisata, yang menyumbang lebih dari 60 persen pendapatan negara di Seychelles - satu-satunya negara di Afrika yang dianggap "berpenghasilan tinggi" oleh Bank Dunia.

Kepulauan Samudera Hindia yang dihuni 115 pulau kecil adalah destinasi utama untuk liburan mewah, pantai yang Instagramable dan tempat bulan madu terbaik.

Tapi destinasi wisata di sini juga menghadapi dilema, tentang bagaimana menjaga pertumbuhan ekonomi, sekaligus melindungi ekosistemnya yang sedang rapuh.

"Semakin banyak turis berarti perekonomian semakin baik, tetapi itu bukan hal utama," kata Nareen.

Satu pulau, satu resor

Industri pariwisata mewah, terutama turis yang datang dari Eropa, menyelamatkan Seychelles dari jurang kehancuran finansial setelah krisis ekonomi pada tahun 2008.

Jumlah pengunjung hampir dua kali lipat pada dekade berikutnya, menjadi sekitar 360 ribu pada tahun 2018, hampir empat kali lipat populasi negara itu.

Tapi sekarang Seychelles bergulat dengan jumlah pengunjung yang membengkak. Sebuah studi resmi mengenai overtourism sedang dilakukan.

Sementara itu, pemerintah menetapkan penangguhan pada tahun 2015 untuk pembangunan resor besar di tiga pulau utama; Mahe, Praslin dan La Digue.

[Gambas:Instagram]

Pemerintah ingin melindungi lingkungan dan mendorong pertumbuhan hotel-hotel kecil yang dikelola secara lokal.

Di pulau-pulau yang lebih kecil, Seychelles mempraktikkan kebijakan "satu pulau, satu resor".

"Ini tentang mengendalikan jumlah wisatawan yang datang, melalui pengendalian jumlah kamar di hotel-hotel yang ada," kata Menteri Pariwisata Didier Dogley kepada AFP.

Seychelles memiliki 6.000 kamar hotel, tetapi 3.000 lainnya sedang dalam proses pembangunan sebelum penangguhan diberlakukan, kata Dogley.

"Kami percaya bahwa kami dapat menampung hingga 500 ribu wisatawan, itu hanya perkiraan untuk saat ini," katanya.

[Gambas:Instagram]

Warisan Dunia

Hampir setengah dari kawasan Seychelles yang seluas 455 kilometer persegi digolongkan sebagai kawasan yang dilindungi.

Hingga akhir tahun ini, 30 persen dari 1,3 juta km persegi wilayah lautnya akan memiliki status terlindungi juga.

Negara ini memiliki dua situs warisan dunia UNESCO: Lembah Mai dan pohon-pohon palem coco de mer, dan Atol Aldabra, rumah bagi kura-kura raksasa Seychelles yang terkenal.

Selain Pantai Beau Vallon yang populer di Mahe atau Anse Source d'Argent di La Digue - yang sering mendapat predikat pantai paling indah di dunia, ketenangan masih terasa di pulau-pulau lain di Seychelles.

Sebagian besar resor tepi pantai dibangun dengan arsitektur yang sederhana, di antara pantai berwarna biru jernih dan hutan hijau yang lebat.

"Itu semua tergantung pada standar yang ingin Anda pertahankan," kata Nirmal Shah, direktur eksekutif LSM lingkungan Nature Seychelles.

Dia percaya bahwa beberapa destinasi wisata yang lebih populer telah mencapai kapasitas penuhnya.

Seychelles, katanya, "benar-benar tidak ingin menjadi" destinasi wisata bahari seperti beberapa pantai di Eropa, yang dipadati oleh payung pantai dan terkepung oleh beton.

[Gambas:Instagram]

Peningkatan jumlah kamar

Di Grand Police, di selatan pulau Mahe, penduduk setempat marah dengan rencana perusahaan Timur Tengah yang ingin membangun resor baru, yang disetujui sebelum larangan 2015.

Selain soal kelestarian lingkungan, kritik juga didasari oleh banyaknya tempat penginapan yang dimiliki oleh perusahaan asing.

Pemerintah telah berjanji untuk berbicara dengan mereka yang berada di belakang resor baru untuk mencari kemungkinan bagaimana proposal itu dapat dibatalkan.

Terlepas dari janji dan upaya lingkungan, Dogley mengatakan bahwa masih banyak yang harus dilakukan di Seychelles untuk memastikan industri pariwisata berkelanjutan.

Kelompok-kelompok hotel besar telah menerapkan langkah-langkah untuk membatasi dampaknya terhadap lingkungan, seperti memiliki kebun sayur sendiri dan mengurangi penggunaan plastik dan energi.

Perusahaan yang lebih kecil, milik penduduk Seychelles, kadang-kadang kekurangan sumber daya untuk menyamai upaya perusahaan asing dalam pengelolaan lingkungan, meskipun ada insentif dari pemerintah.

Lebih dari seperempat tenaga kerja adalah orang asing, ia mengatakan, terutama di industri pariwisata dan konstruksi - jumlah pengangguran hanya sekitar 3,5 persen.

Industri pariwisata juga menghadapi kendala lain.

Negara kecil berbukit itu terpaksa mengimpor lebih dari 90 persen barang-barangnya, dan sebagian besar energi yang dibutuhkan untuk menjaga kepulauan tetap berjalan berasal dari generator bertenaga minyak.

Namun, mengejar pertumbuhan yang ramah lingkungan dari pada keuntungan saja telah menyentuh banyak pengunjung.

"Kami tidak tahu banyak tentang sisi ekologis pariwisata di Seychelles ... tetapi begitu di sini, itu benar-benar menghantam kami," kata Romain Tonda, seorang turis Prancis berusia 28 tahun yang sedang bulan madu di Pulau Sepupu.

"Ini memang belum sempurna, tetapi kita dapat melihat bahwa itu adalah sesuatu yang penting bagi penduduk Seychelles."

[Gambas:Video CNN]

(afp/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER