Geliat Komunitas Hipster di Dubai

CNN Indonesia
Senin, 20 Jan 2020 15:52 WIB
Alserkal Avenue menjadi area kaum hispter di Dubai, kota yang berusaha mempertahankan budayanya dari perkembangan zaman.
Kafe KAVE di Alserkal Avenue, Dubai. (GIUSEPPE CACACE / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di kota Dubai yang terkenal dengan mega proyeknya, gedung pencakar langit yang futuristik, dan mal-mal mewah, Dana Alhammadi duduk di sudut sebuah kafe sambil belajar membuat produk kecantikan alami.

Lokakarya "sadar lingkungan" di kafe KAVE adalah bagian dari perkembangan budaya yang sedang marak di kota ini.

Jika Dubai memiliki pusat hipster, itu adalah Alserkal Avenue, kawasan industri yang pada 2008 berubah menjadi pusat galeri seni, bisnis baru, dan gerai ritel yang unik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sangat menyenangkan mengetahui cara mendapatkan sesuatu yang alami dan berhenti menggunakan banyak bahan kimia," Alhammadi, yang mengenakan abaya tradisional, mengatakan kepada AFP.

Dia sedang mencampur soda bikarbonat dengan minyak kelapa untuk membuat deodoran dari bahan alami, ketika sayup musik legenda jazz Nina Simone terdengar.

"Saya senang mereka memiliki kegiatan dan lokakarya seperti ini di Uni Emirat Arab," kata Alhammadi.

Merupakan rumah bagi lebih dari 9 juta ekspatriat dari lebih dari 100 negara, yang merupakan 90 persen dari populasi, UEA bangga menjadi kawasan peleburan budaya.

Seperti negara-negara Teluk lainnya, ia menggunakan acara budaya, media, dan olahraga untuk memenangkan pengakuan global dan mengukuhkan eksistensinya di dunia.

Negara ini telah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun museum dan menggelar acara besar, seperti Louvre Abu Dhabi dan pameran perdagangan Dubai Expo 2020.

Negara kaya minyak ini juga rajin menyelenggarakan berbagai acara budaya, mulai dari festival jazz dan film hingga pekan mode.

Geliat Komunitas Hipster di DubaiAlserkal Avenue. (GIUSEPPE CACACE / AFP)

Ekonomi budaya

Dengan ditemukannya minyak pada pertengahan abad ke-20, UEA berubah dari ekonomi kecil yang bergantung pada industri mutiara dan perikanan menjadi pusat kekuatan regional dan pusat perdagangan dan pariwisata.

Banyak wisatawan tertarik dengan atraksi wisata utama negara ini: mal yang penuh dengan merek fesyen kelas atas, resor mewah, pulau buatan manusia, dan lereng ski dalam ruangan.

Tetapi modernisasi Dubai yang sangat cepat menghasilkan apa yang dilihat sebagian orang sebagai kurangnya keaslian budaya.

Alserkal, yang menyelenggarakan sekitar 500 acara setahun, umumnya gratis, dimaksudkan untuk menciptakan suasana berkebudayaan itu.

Direktur proyek tersebut, Vilma Jurkute, mengatakan komunitas mendukung 70 proyek oleh pria dan wanita muda dari berbagai negara, menarik setengah juta pengunjung setiap tahunnya.

"Ini pada dasarnya sebuah komunitas pemimpin pemikiran dalam sastra, film, teater, dan pengembangan masyarakat yang membentuk pilar utama ekonomi budaya untuk kota Dubai (dan) untuk kawasan itu," kata ekspatriat Lithuania itu.

Terletak di kawasan industri ringan dan merangkul gedung-gedung gudang yang berkisar dari ramping ke kumuh, Alserkal mewakili alternatif dari apa yang terkenal di Dubai, Jurkute menambahkan.

Salah satu atraksi Alserkal yang paling menonjol adalah Cinema Akil, bioskop seni pertama dan satu-satunya di Teluk, yang menawarkan pengalaman film yang berbeda kepada penonton, menurut wakil direktur teater Luz Villamil.

Setiap malam film independen diputar di bioskop, yang kursi dan sofa merahnya, poster-poster klasik Arab kuno dan kafe yang nyaman membantunya menonjol dari multiplex blockbuster Dubai yang biasa.

Pemutaran baru-baru ini termasuk "Papicha" karya Mounia Meddour di Aljazair dan "Kapernaum" oleh sutradara Lebanon Nadine Labaki.

Bulan depan, Akil akan menampilkan "You Will Die At Twenty" oleh pembuat film Sudan Amjad Abu Alala.

Kadang-kadang, pemutaran diikuti oleh diskusi di teater kecil.

Sebelum bioskop dibuka, hampir tidak ada pilihan bagi audiens yang lebih tertarik pada film Hollywood atau Bollywood, kata Villamil.

"Yang paling penting bagi kami adalah menunjukkan film-film yang menyoroti suara-suara yang mungkin kami rasa ... tidak banyak terwakili, termasuk film Arab dan film yang berfokus pada wanita."

[Gambas:Video CNN]

(afp/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER