Semarang, CNN Indonesia -- Tujuh belas tahun lamanya Pasar Imlek Semawis (PIS) digelar setiap kali Tahun Baru China datang. Tepatnya di kawasan Pecinan, dari Jalan Gang Pinggir hingga Wotgandul Timur.
Pasar yang bertemakan imlek ini hadir dengan penuh keragaman. Bukan hanya stand kuliner, aksesoris, kostum dan kesenian khas etnis Tionghoa saja yang disuguhkan, tapi juga kuliner khas Semarang, termasuk mainan tradisional juga dihadirkan. Termasuk pada perayaan Imlek 2020 yang jatuh pada Sabtu (25/1).
Semula PIS digagas oleh Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) dan digelar perdana pada 2003. Tanpa diduga, PIS mendapat sambutan warga Kota Semarang, dan menular ke warga luar kota yang datang berkunjung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kota semarang itu majemuk, banyak agama, suku dan ras. Kami ingin PIS itu hadir untuk semua, menghibur masyarakat semua, jadi kami yang Tionghoa ini juga benar-benar merasakan bagian dari masyarakat Semarang dan Indonesia", kata Harjanto Halim, Ketua Kopi Semawis.
 Salah satu stand di Pasar Imlek Semawis di Semarang. (Dok. Damar Sinuko) |
Setiap sebelum gelaran PIS dimulai, panitia menggelar tradisi "Ketok Pintu" yang bermakna meminta izin Dewa-Dewa di sejumlah Klenteng yang ada di kawasan Pecinan Semarang.
Uniknya, tradisi "Ketok Pintu" diawali dengan syukuran tumpeng ala masyarakat Jawa dengan menu nasi gudangan. Tumpeng kemudian dipotong oleh Ulama sekitar Pecinan dan dibagikan untuk dimakan bersama penyelenggara, perwakilan tokoh agama, dan tokoh masyarakat sekitar.
"Kami ini ada di Jawa. Harus sebisa mungkin menjaga kearifan lokal. Ada tradisi Jawa yang bermakna baik, kami ambil dan kami jalani. Salah satunya adalah tumpeng, wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta", tambah Harjanto.
Setelah tiga tahun berjalan, acara PIS terus menggema di pelosok Nusantara. Pengunjung yang datang pun kian bertambah.
 Pengunjung ramai mendatangi Pasar Imlek Semawis di Semarang. (Dok. Damar Sinuko) |
 Ritual "Ketok Pintu" dibuka dengan pemotongan tumpeng. (CNN Indonesia/ Damar) |
Melihat fenomena ini, Pemerintah Kota Semarang tak tinggal diam hingga kemudian menjadikan PIS sebagai agenda wisata tahunan. Dan kini, memasuki usia ke-17, PIS telah masuk dalam agenda wisata Nasional tahunan.
"Ada yang khas, ada yang unik di PIS. Kami bangga, masyarakat sangat menikmati dan tentu saja kami tak tanggung-tanggung untuk membawa PIS menjadi agenda wisata Semarang bahkan Nasional", ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
PIS hadir dalam skala kecil di setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu, dari pukul 18.00 -23.00 WIB, bertempat di sepanjang Gang Pinggir. Meski beragam, stand didominasi oleh kuliner yang tak pernah sepi dari pengunjung.
(dmr/vws)