Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian orang masih menyepelekan manfaat
cuci tangan. Padahal, tangan merupakan pintu masuk pelbagai penyakit dari
virus dan
bakteri yang tak kasat mata. Kampanye cuci tangan pakai sabun belakangan marak diserukan di tengah wabah
virus corona jenis baru.
Ada sejumlah alasan yang menyebabkan orang malas mencuci tangan, mulai dari gaya hidup yang buruk hingga akses yang tak memadai.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya 20 persen masyarakat Indonesia yang peduli pada kebersihan dan kesehatan. Kepedulian pada kebersihan ini mencakup cuci tangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malas cuci tangan menyebabkan tingginya angka sejumlah penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, hingga yang terbaru virus corona. Setiap tahunnya lebih dari 100 ribu anak Indonesia meninggal karena diare.
Ahli kesehatan masyarakat Husein Habsyi menjelaskan malas cuci tangan muncul akibat kebiasaan yang terus dilakukan. Hingga akhirnya menjadi gaya hidup yang sulit diubah.
"Itu karena gaya hidup, seharusnya sudah dibudayakan dari kecil. Bisa jadi karena dari kecil tidak ditanamkan," terang Husein kepada
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Orang tua, pengasuh, dan guru punya tugas besar untuk mengenalkan dan membiasakan cuci tangan kepada anak sejak dini. Cuci tangan mesti diajarkan setiap kali sebelum dan setelah makan, setelah buang air besar dan buang air kecil, setelah bermain, dan sesaat setelah masuk ke rumah.
Selain kebiasaan, informasi dan pemahaman mengenai kebersihan dan cuci tangan juga dinilai masih kurang. Alhasil, banyak orang yang menganggap cuci tangan tak penting.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
"Karena ini kultural, Indonesia negara besar sekali. Jadi, harus meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai higienitas secara keseluruhan," kata ahli kesehatan masyarakat Dono Widiatmoko kepada
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, alasan orang malas atau bahkan tak mencuci tangan sama sekali adalah karena tidak memiliki akses pada sanitasi dan air bersih.
Data USAID menyebut 82 persen penduduk Indonesia kesulitan mengakses air perpipaan. Sementara data UNICEF mendapat hampir 25 juta orang di Indonesia tidak menggunakan toilet.
[Gambas:Video CNN] (ptj/nma)