Bandung, CNN Indonesia -- Ada banyak komunitas unik di Bandung, salah satunya Komunitas Aleut yang konsisten dengan edukasi sejarah Bumi Priangan.
Aleut berasal dari kosakata bahasa Sunda, ngaleut, yang artinya berjalan beriringan seperti petani yang beramai-ramai melintasi jalan setapak di pematang sawah.
Gagasan ini ditemukan oleh pendiri Komunitas Aleut, Ridwan Hutagalung pada tahun 2006.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator Aleut, Deuis Raniarti, menjelaskan Aleut merupakan komunitas bagi yang gemar jalan-jalan dan menambah wawasan sejarah.
"Jadi kita ga cuman jalan-jalan ke suatu tempat aja. Di Aleut ini, kita juga mencari tahu sejarahnya dengan detil," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com pada akhir pekan kemarin.
Komunitas Aleut setiap minggunya mempunyai agenda 'ngaleut'. Saat ngaleut nantinya akan ditemani dengan satu orang pemandu yang sebelumnya sudah memahami sejarah dan asal muasal tempat tersebut.
Setiap anggota Komunitas Aleut juga diperbolehkan menjadi pemandu saat ngaleut.
"Biasanya kami diskusi hari Kamis untuk ngaleut di hari Minggu," kata Deuis.
Selain ngaleut, kegiatan lainnya adalah seminar, kelas literasi, momotoran, Amazing Race, dan Historace.
Momotoran berupa kegiatan touring dengan sepeda motor ke tempat-tempat bersejarah di Bandung.
Aleut juga seringkali menjadi tour guide wisatawan mancanegara.
"Kita senang memperkenalkan Kota Bandung, kita juga pernah ngaleut bareng wisatawan dari Malaysia, bahkan dari Eropa," kata Deuis.
[Gambas:Instagram]Khusus untuk ngaleut, diadakan rutin setiap satu minggu sekali, sedangkan kegiatan lainnya biasanya dilakukan satu bulan sekali, bergantung pada kebutuhan dan permintaan peserta.
Komunitas yang beranggotakan lebih dari 5.000 orang ini mengaku sudah pernah mengelilingi Bandung keseluruhan. Bayangkan saja, berdiri sejak tahu 2006 dan rutin ngaleut setiap minggu.
"Kita rutin ngaleut, setahun bisa 52 kali, tapi dengan orang yang berbeda, tema yang berbeda juga, hampir seluk beluk Bandung pernah kita datangi," ujar Deuis.
Tidak hanya bagian kota, Aleut juga merambah sampai desa dan hutan-hutan di daerah Bandung. Biasanya kegiatan touring memang bertujuan untuk mengetahui tempat-tempat terpencil yang tidak terjamah.
Deuis menjelaskan, touring di Aleut berbeda dengan touring pada umumnya. Setiap posisi dalam touring bersama Aleut punya peranannya masing-masing yang tidak boleh terabaikan.
Dalam penjelasan Deuis, posisi depan berperan untuk menunjukkan jalan, bagian tengah berperan menjaga posisi dan memperhatikan kondisi anggota yang lain, sedangkan posisi paling akhir berperan untuk menjaga apabila ada anggota Aleut yang tertinggal.
"Jadi formasi itu kita jaga sampai perjalanan pulang, sehingga ga ada yang namanya susul-menyusul, semuanya tertib," kata Deuis.
[Gambas:Instagram]Aleut juga sudah pernah mengitari perkebunan teh di berbagai wilayah Bandung sambil menjamah wilayah-wilayah hutan dan perkampungan yang belum diketahui banyak orang.
"Kita mau jalan-jalan gak cuman buat senang-senang aja, tapi juga ingin ada manfaatnya, bisa mengenal alam, sejarah, itu bisa kita dapat di Aleut," katanya.
Selain jalan-jalan, Aleut juga mengadakan kelas literasi setiap minggunya. Dalam kelas literasi biasanya para peserta mendiskusikan sebuah buku yang telah disepakati bersama untuk dibahas.
Bergabung dengan Aleut cukup mudah, hanya tinggal ikuti Instagram Aleut di @komunitasaleut serta membayar biaya keanggotaan Rp15 ribu untuk satu tahun.
Sebagai komunitas yang juga peduli lingkungan, Aleut berharap pemerintah kota Bandung bisa lebih banyak menyediakan fasilitas untuk pejalan kaki. Terutama trotoar yang ramah pejalan kaki.
"Kita kan sering pakai trotoar, kadang susah jalan di trotoar karena terhalang pohon," ujar Deuis.
[Gambas:Video CNN] Infografis Gedung Sate. (CNNIndonesia/Basith Subastian) |
(mel/ard)