Geliat Jalan Senopati yang Perlahan Terimbas Corona

CNN Indonesia
Minggu, 15 Mar 2020 08:36 WIB
Wabah virus corona Covid-19 pelan-pelan membuat keramaian di tempat hiburan malam di Jakarta 'bubar jalan'.
Ilustrasi suasana klub malam. (Dok. Fabric).
Jakarta, CNN Indonesia -- Ruas Jalan Senopati yang biasanya padat merayap mulai pukul 21.00 WIB setiap malam Minggu, hari itu terlihat sepi. Jarang terdengar suara petugas parkir yang bersahut-sahutan memarkirkan kendaraan. Mobil-mobil mewah yang ditumpangi penumpang dengan dandanan kece nan kekinian juga tak nampak.

Sepinya pusat hiburan di selatan Jakarta itu bukan karena tanggal tua atau gerimis yang sempat turun sesaat, namun akibat berita-berita virus corona yang semakin santer terdengar belakangan ini, ditambah soal kabar anggota kelompok dansa di Paloma dan Amigos yang positif corona.

Dalam jumpa pers yang dihelat Sabtu (14/3) siang, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan bahwa terdapat 17 orang yang positif COVID-19 di Jakarta. Belasan lainnya sedang menunggu pemeriksaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa kawan yang biasanya muncul di Senopati mulai Sabtu malam sampai malam Minggu mengaku khawatir dengan penyebaran virus corona yang dirasa begitu massif sekaligus membingungkan.

Massif dalam hal jumlah dan membingungkan akibat banyaknya kabar-kabur yang didengar, dilihat, dan dibaca.

"Gue ga berencana hangout sih malem ini, mungkin sampai akhir bulan. Awalnya ga takut berlebihan, tapi pada akhirnya parno karena semua orang ngomongin corona. Ga lagi joget, ga lagi di bar, ngomonginnya corona gitu kan gue jadi males," kata Gina (27), seorang karyawati di sebuah kantor di Mega Kuningan, melalui pesan pendek kepada CNNIndonesia.com pada Sabtu (14/3).

Karena enggan merasa paranoid, Gina memilih untuk menghabiskan malam Minggu di rumah.

Padahal sebelum wabah berubah genting, ia sudah pasti meninggalkan rumah sejak pukul 17.00. Sejak dua akhir pekan kemarin, ia memilih tidur sepuasnya lalu streaming film atau serial, pesan makanan, sambil berusaha tidak melulu menengok layar hp.

"Di rumah udah berasa stress, ditambah baca berita soal corona kayaknya makin panik. Mendingan gue nonton serial sampe ketiduran deh daripada gue nongkrong tapi ngebatin," lanjutnya sambil tertawa.

Juga dalam jumpa persnya, Anies mengatakan belum berencana mengisolasi Jakarta setelah virus corona tercatat menumbangkan nyawa lima orang di Indonesia per hari ini.

Anies mengatakan warga Jakarta wajib menjaga kesehatan dan menerapkan social distancing, alias mengurangi kontak dengan sesama orang minimal satu meter.

Social distancing memang tidak cocok diterapkan di tempat-tempat hiburan yang berada di kawasan Senopati, yang biasanya dibangun dalam ruangan kecil dengan suasana intim.

Tengok saja Zodiac, kelab malam yang biasanya padat di luar dan di dalam setelah pukul 23.00, terutama di hari Jumat dan Sabtu kala kedatangan DJ internasional. Jangankan untuk memesan minum di bar, berjoget tanpa bersentuhan kulit di antara lautan manusia yang ada di sana saja rasanya susah.

Kelab malam ini mengusung tema rave party yang meriah. Siapa saja boleh datang - "asal jajan," kata Gina - dan berdansa di sana.


Atau Duck Down, bar yang populer dengan karaoke massal-nya. Di jam-jam ramai, rasanya tak bisa duduk dan ngobrol dengan suara pelan di sana. Tapi memang bukan itu yang dicari, melainkan saling meneriakkan lirik dari lagu populer yang diputar sang pemandu.

Begitu juga dengan Kilo Lounge, bar dan restoran cabang dari Singapura yang punya sederet menu cocktail wajib coba. Walau yang datang mayoritas bersepatu hak tinggi dan berambut klimis, untuk urusan joget pasti semuanya bersatu padu.

Kini pusat-pusat keramaian itu terlihat lebih lengang. Walau tetap beroperasi dengan normal dan didatangi pengunjung, namun tidak terlihat pemandangan sesak, sumpek, dan saling senggol seperti suratan takdirnya saat akhir pekan tiba.

Dimas (28), mahasiswa yang masih menempuh S2, salah satu pengunjung Zodiac malam ini mengatakan kalau dirinya tak gentar keluar malam karena merasa fit lahir batin.

Ia percaya pepatah 'mens sana in corpore sano' alias di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

"Ini gue dateng karena penasaran sama DJ internasionalnya. Gue selalu suka tempat ini, karena musiknya bagus, suasananya seru, dan servernya ramah," kata Dimas saat ditemui CNNIndonesia.com di luar kelab malam itu.

"Meski gue kadang sebel sama sumpeknya tempat ini, tapi ternyata gue kangen juga acara yang bikin sempit-sempitan di sini hahaha..." lanjutnya sambil tertawa.

Dimas mengaku bakal menunda jadwal kongkonya setelah pemerintah memberlakukan pembatasan operasional tempat hiburan. Selama baru sekolah yang ditutup, ia mengaku santai dan mempercayakan penanganan kepada pemerintah.

"Lagian kasus ini kan udah kasus dunia. Meski pemerintah belum maksimal, tapi gue rasa udah ada antisipasi besarnya. Ya percaya aja... Seperti percaya jodoh ada di tangan Tuhan hahaha..." ujarnya kembali tertawa.


Kalau Dimas khawatir mati bosan di rumah selama masa isolasi jika benar terjadi, kecemasan yang berbeda dirasakan oleh salah satu bartender dari tempat kongko lain di Senopati yang juga didatangi CNNIndonesia.com malam itu.

Aji (bukan nama asli), mengaku belum mendapat kabar soal rencana penutupan bar tempatnya bekerja. Tapi ia merasa sepakat dengan aturan pembatasan jam operasional jika benar diberlakukan.

Pasalnya dengan tetap bekerja ia dan kawan-kawannya masih bakal mendapat penghasilan. Apalagi sebagai bartender ia mengandalkan tip dari tamunya. Beda cerita jika ia dibolehkan libur untuk isolasi diri namun tetap digaji.

"Yang kena dampak pasti bukan cuma kita-kita ini yang istilahnya 'kantoran' di dalam gedung. Ada tukang rokok, tukang parkir, sampai tukang valet yang pasti bingung mau ngapain kalau disuruh libur. Mau ngojek juga ga ada yang dianter, sepi tuh jalanan," ujarnya sambil mengelap gelas-gelas wine yang baru dicucinya.

Tak ada sayup lagu Reza Artamevia yang biasanya rutin didendangkan live band yang kerap manggung di barnya. Panggung itu terlihat kosong. Musik chill out yang gantian menemani.

Di pojok ruangan hanya terlihat beberapa muda-mudi yang berpasangan. Usai makan, mereka terlihat langsung close bill dan pulang. Tidak nampak ada dessert yang dipesan. Atau sebatang dua batang rokok yang dibakar sebelum silam.

Tak hanya cemas selama penyebaran wabah corona. Aji ikut khawatir dengan momen setelah pemulihan bencana non-alam ini ke depannya.

Ia yang sempat bekerja di sebuah bar di Seminyak saat bom Bali terjadi merasakan betul lesunya pariwisata selama masa pemulihan.

Aji ingin agar pemerintah juga memikirkan skenario bangkit usai wabah terjadi, agar industri tempat hiburan kembali ramai didatangi orang, apalagi di kawasan Senopati yang biasanya ramai ekspatriat.

Hingga ditinggalkan pada pukul 23.00, kawasan Senopati malam itu tidak ramai, tidak juga sepi. Sama seperti para pemujanya, aura pesta di sini mungkin sedang tiarap sebentar menunggu kegalauan akan wabah virus corona sirna. Mari sama-sama berharap COVID-19 pergi dan petugas parkir di tempat hiburan akan kembali sibuk memarkirkan kendaraan masuk, bukan yang buru-buru pulang.

[Gambas:Video CNN]

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER