Curhat Perawat Soal Minimnya APD: Satu Masker Satu Shift

CNN Indonesia
Jumat, 20 Mar 2020 16:11 WIB
Saking minimnya alat perlindung diri (APD), para perawat menggunakan masker dan alat pelindung diri lainnya yang sama untuk banyak pasien di satu hari kerja.
Saking minimnya alat perlindung diri (APD), para perawat menggunakan masker dan alat pelindung diri lainnya yang sama untuk banyak pasien di satu hari kerja. ( Istockphoto/Mykola Sosiukin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Persediaan alat pelindung diri (APD) yang dikenakan dokter dan perawat untuk menangani pasien infeksi virus corona (COVID-19) di Indonesia semakin berkurang. Para perawat bahkan harus menggunakan masker dan alat pelindung diri yang sama untuk banyak pasien selama satu hari atau satu shift kerja.

Idealnya, satu masker digunakan untuk menangani satu pasien. Setelah selesai, masker harus diganti saat tenaga medis akan menangani pasien lain.

"Persediaan masker sangat terbatas. Harusnya masker untuk satu tindakan atau pasien lalu buang. Karena sangat terbatas, saat ini disiasati dengan satu masker, satu shift," kata Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia Harif Fadhillah kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penggunaan masker oleh perawat dalam waktu yang lama dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Masker dapat menjadi basah dan justru membuat perawat mudah tertular dari orang yang sakit.

Selain masker, stok alat pelindung diri untuk dokter dan perawat seperti kacamata, baju pelindung, penutup kepala, sarung tangan, dan hand sanitizer pun ikut langka. Kelangkaan itu terjadi di seluruh Indonesia.

"Di seluruh Indonesia, saat webinar [seminar daring] beberapa waktu lalu semua mengeluhkan hal yang sama," ucap Harif.

Harif mengaku tak mengetahui secara pasti jumlah APD yang tersisa. Pasalnya, catatan pasokan ada pada setiap rumah sakit di seluruh Indonesia. Namun, dengan jumlah pasien yang semakin bertambah akan membuat stok semakin cepat habis.

Menurut Harif, kelangkaan APD tak bisa diganti dengan barang lain karena alat untuk melindungi diri harus sesuai dengan standar yang berlaku. Alat pelindung diri juga harus memenuhi kualifikasi yang membuat dokter dan perawat aman dan tidak tertular virus dari pasien.

Jika menggunakan barang lain, ditakutkan tak memenuhi standar keselamatan dan justru membahayakan dokter atau perawat.

Harif mengaku hanya dapat meminta dan mendesak pemerintah untuk segera mempercepat penyediaan alat pelindung diri.

"Kita harus berlomba dengan jumlah kasus yang terus muncul ini. Kami juga meminta bantuan untuk tenaga kesehatan juga dipercepat," ucap Harif.

ilustrasi alat pelindung diri (APD)Foto: ANTARA FOTO/FENY SELLY
ilustrasi alat pelindung diri (APD)


Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyatakan pemerintah akan membuka impor perlengkapan perlindungan diri yang dibutuhkan masyarakat Indonesia untuk mencegah virus corona. Perlengkapan yang akan diimpor itu salah satunya adalah masker.

Ma'ruf menyatakan impor menjadi alternatif jika produsen di dalam negeri tidak bisa memproduksi peralatan pencegahan corona dalam kuantitas yang banyak.

"Mengenai perlengkapan-perlengkapan seperti masker, dan lainnya, pemerintah mengambil langkah cepat, kalau memang memperbanyak produk dalam negeri dan yang tidak bisa diproduksi dalam negeri, kami sudah melakukan langkah untuk mengimpor secepatnya," kata Ma'ruf dalam keterangan resmi yang diterbitkan Sekretariat Wakil Presiden, Kamis (19/3).


[Gambas:Video CNN] (ptj/asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER