Jakarta, CNN Indonesia -- Berbicara tentang perkembangan
Islam tak bisa dilepaskan dari wilayah Persia. Setelah Islam tersebar di jazirah Arab, wilayah pertama non-Arab yang berhasil dikuasai umat Islam adalah Persia.
Berbarengan dengan runtuhnya kekaisaran Persia, Islam pelan-pelan menemukan pelabuhan barunya di wilayah ini. Begitu juga dengan penduduknya, banyak dari mereka yang akhirnya menganut Islam.
Dengan cepat, Islam berkembang di Persia. Daerah tersebut menjadi jembatan bagi agama ini untuk menjamah Asia Tengah dan India, sampai akhirnya datang ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bertemunya tradisi berpikir Persia dengan Islam memungkinkan umat Muslim untuk membangun peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Tak berselang lama lahirlah kota-kota legendaris seperti Samarkand, Bukhara, Nishapur, Thus, dan salah satunya adalah Rey.
Kota Shahr-e Rey - atau pendeknya Rey, di Iran, mungkin sedikit terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia.
Akan tetapi, jika mendengar kata Rhazi, para penikmat sejarah Islam akan langsung merasa terkoneksi dengan tokoh-tokoh Islam yang mempunyai nisbat di akhir namanya al-Rhazi.
Memang faktanya demikian, sebutan Rhazi zaman dahulu, merujuk pada kota Rey sekarang ini.
Dikutip dari
Alif.id, kota Rey adalah kota legendaris yang melahirkan banyak tokoh Islam terkemuka yang dikenal dunia.
Sebut saja Fakhruddin al-Razi seorang ahli tafsir, Zakarya al-Razi seorang ahli kimia, dan Ibnu Hatim al-Razi seorang ahli hadis, adalah beberapa tokoh Islam yang lahir di kota ini.
Hal tersebut menunjukkan bahwa Rey dahulu adalah salah satu kota besar di Persia dimana ilmu pengetahuan tumbuh subur.
Kemasyhurannya mengundang orang untuk datang ke kota tersebut dan mengambil manfaat darinya. Bahkan, Rey pernah didapuk untuk menjadi ibukota dinasti Seljuk pada masa Abbasiyah.
Saat itu raja Seljuk memindahkan pusat kekuasaannya dari Nishapur ke Rey yang secara tidak langsung lebih dekat dengan Baghdad.
Akan tetapi, setelah penyerangan pasukan Mongol yang membabi buta, kota ini sedikit demi sedikit kehilangan pengaruhnya.
Hal tersebut berlangsung sampai sekarang. Kejayaan Rey sebagai pusat ilmu pengetahuan tidak pernah kembali.
Saat ini, kota Rey hanya menjadi kota kecil di sebelah selatan Teheran, meleburkan menjadi bagian dari ibukota Iran.
Bisa dikatakan bahwa Rey adalah cikal bakal lahirnya Teheran.
Jika dahulu Rey adalah kota besar dan Teheran hanya perkampungan kecil yang terletak di kaki gunung Alborz.
Saat ini justru sebaliknya, Teheran menjadi kota besar, sedangkan Rey berubah menjadi distrik kecil yang secara administrasi di bawah otonomi Teheran.
Bagi turis yang ingin mengunjungi kota bersejarah ini, dapat mengaksesnya dari Teheran.
Ada berbagai jenis transportasi menuju ke sini, mulai dari bus kota, taksi, hingga metro.
Metro atau kereta listrik bawah tanah adalah pilihan transportasi yang paling mudah. Jika sudah sampai di stasiun Shahr-e Rey, itu artinya sudah berada di kota Rey.
Setiba di kota ini turis bisa mengunjungi Burj-e Tughrul, sebuah menara tua yang dibangun abad 12 M pada masa dinasti Seljuk.
Nama Tughrul disematkan kepada seorang raja dari dinasti tersebut yang bernama Tughrul Beg. Masa kekuasaannya berlangsung antara tahun 1037-1063 M.
Tak jauh dari Burj-e Tughrul terdapat situs lainnya yang dikenal dengan Benteng Rey.
Benteng tersebut sudah berdiri sejak 400 SM dan dibangun pada masa kekaisaran Medes yang berkuasa di Persia saat itu. Tepat di bawah benteng, ada sumber mata air alami.
Ada banyak pasar atau bazaar yang bisa dikunjungi untuk membeli oleh-oleh di Rey.
Tak jauh dari salah satu bazaar terbesar, ada masjid dan makam seorang tokoh yang bernama Shah Abdul Azim.
Kubah masjidnya begitu mempesona dengan nuansa kental arsitektur Persia. Melihat keindahan masjid akan menjadi penawar lelah selama menyusuri kota Rey.
Walaupun kini hanya menjadi kota kecil di sudut Teheran, tetapi Rey masih memiliki pesonanya.
Napak tilas kota penting abad pertengahan yang telah melahirkan banyak ulama dan ilmuwan yang berpengaruh di dunia Islam pasti menjadi pengalaman wisata yang tak terlupakan selama di Iran.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama CNNIndonesia.com dengan Alif.id yang sebelumnya ditulis oleh Ulummudin.[Gambas:Video CNN]