Jakarta, CNN Indonesia -- Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) terus diberlakukan di sejumlah daerah. Artinya, setiap orang disarankan untuk tidak bepergian ke mana-mana. Kondisi ini dapat memicu
cabin fever pada orang-orang yang terus menerus berada di rumah.
Istilah '
cabin fever' tak termasuk ke dalam
gangguan psikologis. Istilah ini merujuk pada perasaan yang terkait dengan kondisi terisolasi dari dunia luar.
Merunut waktu, istilah ini telah digunakan para ahli sejak lama. Pada awal 1990-an di Amerika Utara, istilah ini digunakan untuk seseorang yang diisolasi di area terpencil atau kabin saat musim dingin. Udara dingin membuat seseorang harus tetap berada di dalam ruangan sepanjang waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jauh sebelum itu, istilah tersebut digunakan untuk pasien-pasien yang dirumahkan karena demam tifoid atau tifus pada tahun 1800-an.
"Ini [
cabin fever] melibatkan serangkaian emosi negatif dan tekanan yang terkait dengan pembatasan," ujar psikolog Vaile Wright, melansir
CNN. Dalam kondisi ini, seseorang akan mudah marah, bosan, putus asa, gelisah, hingga sulit berkonsentrasi.
Menurut Wright, kepribadian dan temperamen jadi faktor utama seseorang cepat merasakan emosi seperti di atas. Seorang ekstrovert umumnya lebih rentan terkena cabin fever.
Namun,
cabin fever umumnya tak berlaku bagi orang-orang yang memandangnya secara positif. Paul Rosenblatt, psikolog yang pernah mempelajari kondisi tersebut mengatakan, mereka yang melihat masa karantina mandiri sebagai kesempatan untuk membersihkan rumah, evaluasi keuangan, menata lemari, atau mencari hobi baru akan 'terlindungi' dari ancaman
cabin fever.
Wright dan Rosenblatt merekomendasi beberapa cara untuk mengendorkan pikiran dan bisa menjalani PSBB tanpa kendala sebagai berikut.
1. Tetapkan rutinitas
Jangan menganggap PSBB atau masa karantina mandiri sebagai liburan. Wright menyarankan Anda untuk tetap bangun pagi seperti biasa dan melakukan aktivitas yang sama seperti sebelumnya.
"Bangun di waktu yang sama Anda biasa bangun, pastikan Anda tetap mandi, berpakaian, dan tidak rebahan sepanjang waktu dengan piyama," kata Wright.
Anda juga disarankan untuk sarapan, makan siang, dan makan malam tepat waktu. Hal ini juga berlaku bagi Anda yang berpuasa.
2. Menata ruang
Tak ada salahnya melakukan sedikit eksperimen di ruangan Anda. Wright berkata, jika Anda memiliki banyak ruang kosong di rumah, Anda bisa memindahkan aktivitas utama-seperti kerja-ke ruangan lain untuk memperoleh suasana baru dan pemandangan berbeda.
Sementara bagi Anda yang tinggal di kamar kos, Anda bisa 'mendandani' kamar agar lebih segar dan santai.
 Ilustrasi. Untuk mengatasi cabin fever, Anda bisa sesekali berjalan kaki di sekitar rumah dan menghirup udara segar. (iStockphoto/Martin-dm) |
3. Tetap aktif secara mental dan fisik
Menurut Wright, physical distancing bukan berarti Anda sama sekali tak boleh keluar rumah. Sesekali keluar rumah di pagi hari untuk menghirup udara segar dan berjalan kaki di sekitar rumah.
Rosenblatt menyarankan untuk '
live for the moment' atau menyadari kini dan di sini. Orang tak tahu apa yang ingin dilakukan besok, tetapi sekarang ada sesuatu hal yang ingin dilakukan, misalnya membaca majalah atau sekadar membuka koran untuk mengisi bagian TTS.
4. Terhubung dengan orang lain
Bersosialisasi di masa seperti ini cukup menantang sebab komunikasi hanya bisa dilakukan lewat bantuan teknologi. Namun, tetap terhubung dengan orang lain menjadi sesuatu yang penting untuk saat ini.
Wright menyarankan untuk tetap berkomunikasi dengan keluarga atau teman melalui banyak medium, mulai dari
chatting, video call, dan masih banyak lagi.
Namun, jangan lupa pula untuk tetap menyediakan waktu bagi diri sendiri. Rosenblatt mengatakan, seseorang memerlukan keseimbangan antara waktu bersama orang lain dan
me time.
5. Menerima rasa tidak nyaman
Bagian yang paling menantang dari kondisi yang tengah dihadapi saat ini adalah bahwa kita tak pernah tahu kapan pandemi akan berakhir.
Wright mengatakan, tanpa '
deadline' jelas seperti ini, Anda sebaiknya menurunkan ekspektasi dan menanamkan sedikit pikiran bahwa apa yang sedang dihadapi saat ini adalah kondisi normal yang baru. Dengan cara ini, sedikit demi sedikit Anda akan menerima kondisi dan memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
(els/asr)
[Gambas:Video CNN]