Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah belum layak mengizinkan warga usia di bawah 45 tahun kembali bekerja di tengah pandemi
virus corona. Penilaian ini diungkapkan oleh sejumlah
dokter bertolok pada angka kasus pasien
Covid-19 di Indonesia.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban beralasan, kebijakan itu justru berpotensi membuat lebih banyak orang terinfeksi. Jika sudah begitu, bukan tak mungkin akan terjadi lonjakan kasus.
"Bahwa yang muda pun bisa terkena, sekarang kalau yang orang tua itu gawat karena saluran pernapasan, maka kalau yang muda itu kena stroke. Jadi tidak terlalu tepat juga. Bahwa yang muda jarang bisa kena, benar. Tapi tetap masih bisa kena," tutur Zubairi kepada
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon, Selasa (12/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu yang saya khawatirkan, akan terjadi lonjakan kasus," ucap dia lagi.
Zubairi menerangkan, kasus di beberapa negara telah menunjukkan, kelompok muda memang memiliki daya tahan tubuh lebih kuat tapi bukan berarti kebal dari infeksi. Jika infeksi Covid-19 pada orang tua berisiko menyerang saluran pernapasan, pada kelompok muda kecenderungannya mengarah ke stroke.
"Lalu kalau yang muda boleh keluar kemudian dia tertular, itu nanti ada dua; yang memang gejalanya rendah atau tanpa gejala dan kemudian menjadi silent carrier. Dia kalau membawa [virus corona] itu ke rumah, bisa membahayakan orang di rumahnya," jelas Zubairi.
Serupa diungkapkan Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), Erlang Samoedro. Ia memperkirakan kasus akan naik jika pemerintah berkeras memperbolehkan warga di bawah usia 45 tahun kembali bekerja.
"Saat ini memang jumlah kasus atau pertambahan kasus mulai menurun, tapi dengan pelonggaran seperti ini ditakutkan kasus akan meningkat," kata dokter Erlang kepada
CNNIndonesia.com.
"Karena kita masih terkendala dengan pemeriksaan PCR yang lama, sehingga yang ditakutkan kasus yang menurun mungkin karena memang periksa PCR-nya yang kurang," ungkap dia lagi.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
Kendati khawatir akan ada peningkatan kasus. Erlang belum bisa mengaitkan kebijakan ini dengan peluang terjadinya
herd immunity.
"Nggak tahu, tapi justru dengan meningkatnya kasus akan semakin banyak korban," kata Erlang.
Herd immunity atau kekebalan kelompok, merupakan bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular. Tapi kondisi
herd immunity baru bisa dicapai ketika sebagian besar populasi kebal terhadap infeksi sehingga penyebaran penyakit bisa dihentikan.
Kekebalan bisa didapat dari vaksinasi atau orang tersebut sudah pernah terpapar infeksi. Dalam kasus corona, karena belum ada vaksin maka
herd immunity bisa dicapai ketika sebagian besar orang terinfeksi.
Zubairi pun demikian. Ia enggan mengaitkan dengan
herd immunity. Namun yang jelas kata dia pilihan melonggarkan pembatasan aktivitas akan membahayakan dan membuat lebih banyak orang terinfeksi.
"Kalaupun memang mau demikian, ya pengawasannya harus ketat. Kalau mau diterapkan, harus ada evaluasi yang cepat setelah diterapkan apakah kasus meningkat, kalau kasus meningkat ya harus segera dibatalkan," Zubairi menegaskan.
Baik Erlang maupun Zubairi sama-sama merekomendasikan agar pelonggaran aktivitas ketika kurva kasus betul-betul melandai. Dan pemantauan itu dibuktikan dengan pemeriksaan PCR secara massif.
Atau setidak-tidaknya, menurut Zubairi, pelonggaran pembatasan aktivitas baru bisa ditempuh setelah melewati masa puncak pandemi.
"Kalau belum lewat puncak, jangan dulu [warga di bawah usia 45 tahun diizinkan keluar atau kembali bekerja]. Dan menurut saya, ini belum puncak," tutur Zubairi.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan bakal memberi kesempatan pada kelompok usia muda di bawah 45 tahun untuk tetap bekerja di tengah pandemi virus corona. Tujuannya, menurut Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, agar pemerintah dapat menekan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) warga yang terdampak corona.
[Gambas:Video CNN]Ia menganggap kelompok usia di bawah 45 tahun tak rentan terpapar virus corona. Namun berkaca dari data gugus tugas percepatan penanganan Covid-19, masyarakat di bawah usia 45 tahun justru jadi penyumbang kasus positif virus corona terbanyak di Indonesia.
Gugus tugas membagi pasien positif virus corona dalam beberapa kelompok umur, yakni 0-5 tahun, 6-17 tahun, 18-30 tahun, 31-45 tahun, 46-59 tahun, dan 60 tahun atau lebih.
Dari data tersebut, jumlah pasien positif pada usia 31-45 tahun sebanyak 4.123 orang. Sementara jumlah pasien positif pada usia 18-30 tahun sebanyak 2.696 orang.
Bila dijumlah, pasien positif dari dua kelompok umur tersebut mencapai 6.819 orang atau 47,8 persen dari total kasus positif.
Zubairi memahami kebingungan pemerintah. "Dari segi ekonomi memang tidak ada yang menginginkan ekonomi ini ambruk. Tapi di sisi lain, kalau terlalu cepat melonggarkan PSBB maka akan semakin banyak korban. Ini memang buah simalakama," kata dia lagi.
Kendati begitu, bagaimanapun pemerintah tetap harus berhati-hati dan tidak tergesa mengambil keputusan. "Jadi memang ini tidak mudah, tapi jangan buru-buru dan harus belajar dari negara lain," ucap Zubairi.
Ia pun mencontohkan kasus di Amerika yang melonjak setelah kebijakan untuk meringankan
lockdown. Selain itu, terdapat pula Singapura yang mengalami gelombang kedua Covid-19.
(nma)
[Gambas:Video CNN]