Gejala Sakit Misterius Anak AS yang Dikaitkan dengan Corona

CNN Indonesia
Senin, 11 Mei 2020 14:43 WIB
In this Friday, Jan. 24, 2020, photo released by China's Xinhua News Agency, a medical worker attends to a patient in the intensive care unit at Zhongnan Hospital of Wuhan University in Wuhan in central China's Hubei Province. China expanded its lockdown against the deadly new virus to an unprecedented 36 million people and rushed to build a prefabricated, 1,000-bed hospital for victims Friday as the outbreak cast a pall over Lunar New Year, the country's biggest, most festive holiday. (Xiong Qi/Xinhua via AP)
ilustrasi foto: Sebuah gejala misterius yang memengaruhi anak-anak dan bisa dikaitkan dengan virus corona muncul di New York. (Xiong Qi/Xinhua via AP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah gejala misterius yang memengaruhi anak-anak dan bisa dikaitkan dengan virus corona membuat pejabat New York khawatir dan mencari jawaban ketika infeksi meningkat.

Pada Sabtu (9/5), Gubernur New York Andrew Cuomo melaporkan kematian tiga orang anak akibat inflamasi di New York, AS. Dokter yang merawat puluhan anak di rumah sakit menyebutnya sebagai pediatric multisystem inflammatory syndrome (sindrom inflamasi multisistem pediatrik). Otoritas kesehatan setempat pun meyakini kasus ini berhubungan dengan virus corona.

Komisioner Kesehatan New York dan pediatrik kardiologis Howard Zucker meminta orang tua untuk memperhatikan beberapa gejala yang dikaitkan dengan virus corona ini pada anak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika anak mengalami mual, muntah, diare, pucat, warna wajah berubah, warna bibir, dan jari-jari berubah, nyeri dada, maka orang tua harus memanggil dokter," ucapnya dikutip dari ABC7 NY.

Anak-anak dinyatakan positif COVID-19 atau antibodi tetapi tidak menunjukkan gejala umum virus ketika mereka dirawat di rumah sakit.


COVID-19 biasanya menyebabkan penyakit pernafasan pada pasien positif sementara sindrom ini muncul sebagai peradangan pembuluh darah, dan kadang-kadang peradangan jantung. 

Gejala sindrom misterius ini, kata Cuomo, tidak merujuk pada virus corona malah mirip dengan penyakit Kawasaki dan toxic shock syndrome.

Penyakit Kawasaki mengakibatkan inflamasi atau peradangan pada dinding arteri dan bisa membatasi aliran darah ke jantung. Tubuh pun demam selama lebih dari 5 hari, jaringan leher bengkak, bibir pecah, kaki dan tangan bengkak juga kemerahan pada mata.

Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Sedangkan toxic shock syndrome timbul akibat racun dari jenis bakteri Staphylococcus. Gejalanya termasuk demam, syok dan masalah pada sejumlah organ tubuh.

Dokter spesialis anak Glenn Budnick berkata perbedaan gejala bisa dikaitkan dengan sindrom multisistem pediatrik yang merupakan fase kedua dari Covid-19.

"Sistem kekebalan tubuh Anda bereaksi berlebihan terhadap virus, dan karena ini adalah penyakit radang, reaksi berlebihan dapat mengakibatkan penyakit seperti Kawasaki," jelasnya dikutip dari CNN.


Sementara itu, saat ini departemen kesehatan New York sedang mempelajari sebanyak 85 kasus pada anak. Kebanyakan dari mereka terbukti positif saat tes antibodi. Selain di New York, kasus serupa juga dilaporkan muncul di Seattle. Seorang remaja harus dibawa di unit perawatan intensif karena mengalami gejala syok.

"Ini situasi yang sedang berkembang, tetapi ini adalah situasi yang serius," kata Cuomo.

Dia berkata departemen kesehatan New York berkomunikasi dengan CDC dan pejabat federal terkait kasus. CDC meminta negara untuk mengembangkan kriteria nasional sehingga profesional kesehatan tahu apa yang harus dicari.


Demi memahami situasi lebih baik, ada kerjasama dengan New York Genome Center and Rockefeller University untuk studi sekuensing genom dan RNA. Awalnya risiko potensial pada anak-anak tidak begitu diperhatikan tetapi kemudian timbul kecemasan.

"Kami bekerja di bawah kesan bahwa orang muda tidak terpengaruh oleh Covid-19. Kami tak begitu yakin bahwa itulah faktanya lagi," imbuhnya.

(els/chs)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER