Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap tahun, Maher al-Rubaye ziarah ke makam Imam Ali yang temboknya berlapis emas. Di tengah pandemi virus corona yang sedang melanda Irak, ia masih mengunjungi makam tersebut, namun melalui layar telepon genggam dari ruang tamunya.
Penyebaran virus corona di Irak telah mendorong penutupan masjid-masjid besar, termasuk makam Imam Ali, khalifah Islam ke-empat dan sahabat dekat Nabi Muhammad, di kota suci Najaf.
Hanya beberapa ratus meter dari makam, Rubaye yang berdiam rumah selama
lockdown Irak, menengadahkan satu tangannya ke atas untuk berdoa, sementara satu tangan lain memegang ponsel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada layar telepon genggam terlihat pemandangan makam Imam Ali yang indah.
"Saya mengunjungimu," kata Rubaye dalam doanya, sembari menambahkan mandat pemerintah Irak selama COVID-19: "... dari kejauhan."
Irak telah melaporkan lebih dari 3.000 infeksi virus corona dan lebih dari 110 kematian sejak kasus pertamanya tercatat hampir tiga bulan lalu di Najaf.
Pihak berwenang sejak itu memberlakukan
lockdown yang termasuk penutupan bandara, restoran, dan sekolah serta melarang perjalanan antar provinsi.
Wisata religiPandemi telah menghancurkan sektor pariwisata religius Irak, yang menyumbang setengah pendapatan negara sebagai sektor non-minyak.
Jutaan peziarah Syiah mengunjungi tempat-tempat suci di Najaf dan Karbala setiap tahunnya sebelum pandemi. Mereka datang dari negara tetangga, seperti Iran, atau bahkan India.
Miliaran dolar dari sektor wisata religi setiap tahun menciptakan lapangan kerja bagi ratusan ribu penduduk Irak yang bertahun-tahun didera perang.
 Keramaian di Najaf sebelum lockdown di Irak. (Haidar HAMDANI / AFP) |
Makam Imam Ali sekarang kosong melompong. Tak ada keramaian peziarah yang datang untuk berdoa atau berbelanja di kios-kios sekitarnya.
Suara burung dan panggilan azan lima kali sehari - yang disertai anjuran diam di rumah, menggantikan suasana hiruk pikuk di sana.
"Dalam keadaan saat ini, ziarah virtual sama validnya dengan yang normal," kata Ali al-Atabi, seorang syekh di Kota Tua Najaf.
Turisme religius telah mengalami penurunan sejak Oktober, ketika protes anti-pemerintah meletus di Baghdad dan di selatan negara mayoritas Syiah itu.
Modernisasi ziarahBahkan sebelum virus corona datang, situs-situs ziarah di Irak tetap buka, bahkan saat perang meletus.
Namun seiring berjalannya waktu, beberapa pengelola situs suci telah mengembangkan cara baru untuk menjangkau umat yang ingin ziarah jarak jauh.
Saluran TV menyiarkan gambar sepanjang waktu dari makam-makam sakral, dan di Najaf, ada saluran telepon yang menyediakan panduan audio gratis untuk mengunjungi situs.
"Assalamualaikum. Selamat datang di ziarah makam Imam Ali," suara pria mengatakan dalam pesan yang direkam,
Ia lalu berhenti sejenak sehingga penelepon bisa membaca doa sehingga terasa seperti sedang melangkah ke dalam area makam.
Meski urusan ziarah sudah modern, namun Ramadhan tahun ini jelas terasa berbeda bagi umat Muslim di Irak.
"Saya rindu mengunjungi tempat suci Imam Ali, yang biasanya kita doakan setiap hari di bulan Ramadhan," keluh Numan al-Saadi, warga Najaf lainnya.
"Hari ini, saya hanya bisa melihatnya dari kejauhan melalui layar ponsel."
[Gambas:Video CNN] (afp/ard)