Jakarta, CNN Indonesia -- Matahari bersinar layaknya musim panas. Bagi sebagian besar anak muda di Italia, momen itu berarti kongko di bar sembari menyesap Aperol.
Namun setelah rileksasi pembatasan perjalanan, urusan kongko di Italia telah disorot pemerintah.
Dari Palermo ke Turin, gambar-gambar para pengunjung pesta yang berkumpul di piazza dan bar telah menyebabkan kepanikan di antara para pemimpin daerah dan walikota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka khawatir berkumpulnya anak muda dalam jumlah besar untuk merayakan kebebasan mereka dari karantina dapat meningkatkan infeksi penyakit yang telah membunuh lebih dari 32 ribu orang di Negara Pizza itu.
Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, yang telah mengambil langkah tegas perlawanan terhadap virus corona demi melindungi 60 juta penduduknya sejak awal Maret, terdengar seperti orang tua konservatif saat berbicara di parlemen pada Kamis (21/5).
"Ini bukan waktunya untuk pesta, kehidupan malam atau pertemuan," kata Conte.
"Selama fase ini, amat penting untuk tetap menjaga jarak dan memakai masker, jika perlu."
Momen kebebasanDi utara kota Padua, foto-foto puluhan anak muda yang berkumpul tanpa masker di luar bar menimbulkan kemarahan presiden regional Luca Zaia.
"Dalam 10 hari, saya akan melihat tingkat infeksi. Jika naik, kami akan menutup bar, restoran, pantai dan kita akan mengunci diri kembali," katanya memperingatkan.
"Tidak ada yang mau melarang peredaran spritz (minuman) tapi saya minta kita menghindari pertemuan dan memakai masker sampai 2 Juni."
Zaia mengatakan wilayah Veneto-nya berencana membuat film pendek yang menunjukkan "apa artinya pergi untuk minum spritz tanpa masker".
Pemandangan serupa juga terlihat di Palermo, Turin, dan Bari.
Di Roma, seorang pemilik bar di zona kehidupan malam populer Trastevere, Alessandro Pulcinelli, mengatakan kepada AFP bahwa orang-orang muda di malam hari kongko sampai sekitar jam 01.00.
"Mereka pikir mereka telah melakukan semua yang mereka butuhkan dan sekarang adalah momen kebebasan," kata Pulcinelli.
"Mereka punya masker, tetapi mereka tidak memakainya. Sulit untuk minum dan berbicara sambil mengenakan masker."
Menjelang pembukaan kembali restoran dan bar, walikota Bergamo, pusat virus di wilayah utara Lombardy, mengatakan ia telah melihat "begitu banyak orang yang tidak cukup berhati-hati" saat berjalan-jalan di kota.
"Apakah ratusan kematian di kota kita tidak cukup? Apakah kita ingin sekali lagi mengalami kesulitan dalam sebulan?" Walikota Giorgio Gori menulis hari Minggu di halaman Facebook-nya.
Di Lombardy, mengenakan masker di tempat umum adalah wajib.
Anak muda versus kematianAgar lebih banyak area duduk di tempat terbuka, pemerintah Italia telah meniadakan pajak bangku dan meja di jalanan untuk kafe dan restoran.
"Sebagai gantinya, kami meminta mereka menerapkan sedikit upaya tambahan untuk menghindari pertemuan besar dan kemungkinan penularan," kata Bergamo Gori.
Polisi Italia diminta berjaga di area kehidupan malam. Denda dapat berkisar dari 400 euro hingga 3.000 euro per orang.
Komisaris Polisi Padua Isabella Fusiello mengatakan kepada surat kabar Stampa pada hari Kamis bahwa itu masalah itu bukan hanya tanggung jawab polisi.
"Mereka yang memiliki tempat usahas juga bertanggungjawab," kata Fusiello, mengatakan bahwa pemilik bar berisiko kehilangan lisensi mereka jika lalai.
Pemilik bar Roma, Pulcinelli mengatakan ketakutan terbesarnya adalah denda, tetapi dia tidak punya cara untuk membuat orang menghargai jarak sosial.
"Malam ini, semua palang di Trastevere akan terbuka," kata Pulcinelli, seraya menambahkan bahwa itu akan mencapai puncak keramaian di tempatnya.
"Saya pikir kehadiran polisi akan memberi keamanan."
Antonio Decaro, walikota Bari, menyarankan agar pemilik kafe dan bar memberikan masker untuk setiap koktail.
"Adalah tidak realistis untuk berpikir bahwa aparat berwajib dapat mengendalikan setiap warga negara," kata Decaro.
(afp/ard)