Jakarta, CNN Indonesia -- Seharusnya, tahun ini adalah hari raya Idul Fitri pertama yang bisa dirayakan Yaya (26) bersama keluarga setelah empat tahun bekerja di Jakarta. Maklum sejak lulus kuliah dan merantau ke Jakarta pada 2016 lalu, perempuan Sunda itu memang tak pernah sekali pun berlebaran di kampung halamannya di Ciamis, Jawa Barat.
Merayakan Idul Fitri, dari mulai cuti panjang, menikmati keseharian sederhana bersama keluarga di kampung halaman, membuat kue kering bersama Ibunya, nyekar ke makam neneknya, atau sekadar bersantap makanan khas keluarga saat merayakan lebaran yang sudah dirindukan sejak 2016 lalu.
Yaya sudah merencanakan libur Lebaran 2020 ini sejak September 2019 lalu, jauh sebelum corona menyerang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya, rencana tinggal rencana. Kenyataannya Yaya justru tertahan di kamar kos kecil miliknya yang berada di salah satu sudut Utara Jakarta. Sebenarnya sudah sejak pertengahan Maret lalu dia 'terkurung' di kamar mungilnya ini sejak pertengahan Maret ketika kantor tempat dia bekerja menerapkan sistem kerja Berdaya Dari Rumah atau Work From Home.
"Akhirnya saya enggak bisa pulang juga karena wabah," kata Yaya mengawali ceritanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (22/5) malam.
"Jadi sebelumnya memang saya enggak pernah pulang pas lebaran karena milih kerja. Udah empat kali lebaran dari 2016. Niatnya pulang tahun ini, eh malah gak bisa. Resmi ini lebaran ke-lima saya sendirian di Jakarta," kata Yaya.
Jika kebanyakan orang tua meminta anaknya untuk segera pulang dan 'karantina' di kampung halaman, ibunya punya pemikiran lain. Sejalan dengan imbauan pemerintah untuk tidak mudik karena berisiko menyebarkan virus corona.
Ibunya memang melarang keras dia pulang setelah wabah corona dinyatakan masuk ke Indonesia. Ibunya kata Yaya, berkali-kali mengingatkan perempuan Sunda itu agar menahan diri untuk tak pulang dulu ke rumah sampai kondisi benar-benar membaik dan aman.
Setiap kali berkomunikasi via telepon seluler atau melakukan video call, Ibunya selalu berpesan agar anak bungsunya itu pulang ketika wabah berakhir. Bukan apa-apa, kata Yaya ibunya memang terbilang agak paranoid dengan virus corona ini.
Meski bukan Lebaran pertama tanpa keluarga, rasa sepi dan rindu tetap tak terhindarkan. Tahun ke-lima ini adalah tahun yang tersulit buatnya. Apalagi kalau bukan soal kesepian.
Tahun-tahun sebelumnya, meski tanpa keluarga dan pulang kampung, dia masih bisa bekerja dan bertemu dengan kawan-kawan. Bahkan ketika bertugas, Yaya justru akan bertemu dengan teman-teman satu profesinya yang juga harus bekerja di hari raya.
Berbeda dengan sekarang, Yaya benar-benar sendirian merayakan tahun ke limanya berlebaran di Jakarta.
"Jadi empat kali lebaran kemarin itu enggak terlalu sedih karena kan pas kerja rame ketemu temen. Sekarang? Malah di kosan saja. Kerasa banget sendiriannya," kata dia.
Baginya, wabah corona yang resmi dinyatakan masuk ke Indonesia per Februari lalu itu memang cukup menyiksa. Segala rencana dan aktivitas yang harusnya dijalani dan dilakukan harus dibatalkan.
Tak hanya rencana mudik ke kampung halaman, rencana untuk hal lain pun banyak yang akhirnya ditunda hingga dibatalkan.
"Buat saya rasanya corona ini memang bener-bener bikin merana," kata Yaya.
"Harusnya Lebaran tahun ini aku makan ketupat buatan mama, kayaknya sekarang aku malah bikin telur dadar aja sendirian di kosan," ucapnya sedih.
(tst/chs)
[Gambas:Video CNN]