Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang musim panas, di saat suhu mulai meningkat di Eropa, penduduk mulai bersiap liburan setelah berbulan-bulan terjebak di rumah dalam penguncian negara.
Beberapa minggu lalu, Uni Eropa menggagas rencana untuk "menawarkan orang-orang kesempatan untuk beristirahat, relaksasi, dan menikmati udara segar," yang mencakup rekomendasi untuk membuka perbatasan antarnegara, menghidupkan kembali koneksi kereta api, darat, udara dan laut, serta menyegarkan kembali sektor perhotelan untuk meningkatkan pariwisata.
Tetapi pihak berwenang kini berjuang untuk menangani serbuan wisatawan domestik ke salah satu lokasi yang paling didambakan saat musim panas: pantai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Rabu (20/5), hanya beberapa hari setelah Prancis melonggarkan pembatasan perjalanan dengan membuka ratusan pantai, kawasan Brittany menutup lima pantainya menyusul selusin kasus "perilaku yang tidak dapat diterima" dan kegagalan pengunjung untuk mematuhi aturan jarak sosial.
Sementara itu, pihak berwenang di Zeeland, Belanda, di hari yang sama menutup sementara jalan-jalan ke kota untuk setiap akhir pekan hingga 1 Juni demi menekan jumlah kedatangan wisatawan.
Di Barcelona, Spanyol, para pejabat telah memperingatkan warga mematuhi durasi waktu mengunjungi pantai, dan di Inggris, menjelang hari libur nasional pada hari Senin (25/5), dewan kota di pesisir meminta turis menjauh.
Aturan ketat wisata pantaiPakar perjalanan Tony Johnston mengatakan kepada CNN bahwa ketika musim panas tiba, pantai menjadi destinasi wisata favorit.
Dia mengatakan bahwa pihak berwenang perlu menyiapkan strategi yang jelas untuk menangani kedatangan wisatawan dan kepadatan saat musim liburan dimulai.
"Apakah akan terjadi pada akhir pekan ini atau pertengahan Juli, kondisi itu pasti akan muncul dan tidak dapat dihindari," kata Johnston, kepala departemen perhotelan, pariwisata, dan rekreasi di Institut Teknologi Athlone.
Dia mengatakan bahwa daripada memaksakan larangan langsung pada pariwisata, pihak berwajib harus diterjunkan untuk memantau perilaku pengunjung di pantai. Ia mencatat bahwa penutupan hanya akan "menimbulkan masalah di tempat lain".
 Kerumunan anak-anak muda di pinggir jalan Barcelona, Spanyol, setelah rileksasi pembatasan perjalanan. (AP/Emilio Morenatti) |
Otoritas lokal di beberapa negara sudah mulai menyusun pedoman tentang bagaimana mereka akan membuka kembali pantai yang ramai.
Menyusul salah satu dari penguncian paling ketat di Eropa, menteri pariwisata Spanyol Reyes Maroto mengatakan kepada surat kabar lokal El Pais bahwa negara itu "menentukan skenario yang berbeda" untuk pengunjung pantai.
"Kami harus menjamin, ketika gerbang pariwisata internasional dibuka, bahwa orang yang datang ke Spanyol adalah orang yang aman," Maroto baru-baru ini mengatakan kepada surat kabar lokal El Pais.
"Tentang bagaimana Anda dapat menikmati pantai kami, kami menentukan skenario yang berbeda," katanya.
Pejabat di kota Mediterania Canet d'en Berenguer, yang terletak di utara Valencia, hanya akan mengizinkan 5.000 orang berjemur di pantai setempat per harinya - sekitar setengah dari jumlah biasanya.
Di Sanxenxo, Galicia, mesin pembersih akan menjadi fitur reguler di pantai, dan kamar mandi umum dan area shower akan didesinfeksi secara teratur.
Pihak berwenang di beberapa prefektur Prancis, seperti Landes di wilayah Nouvelle Aquitaine Prancis sejauh ini berkomitmen untuk membuka pantai hanya untuk "aktivitas fisik yang dinamis."
Pengelola dan wisatawan sama-sama bertanggungjawabJohnston mengatakan kepada CNN bahwa dengan begitu banyak daerah - terutama di Spanyol, Italia, Prancis, dan Yunani - yang secara finansial bergantung pada pariwisata, para pejabat harus mendorong pariwisata yang aman, dan harus memiliki kebijakan untuk mempromosikan kebersihan yang baik di area publik seperti kamar mandi dan restoran.
"Kami memiliki sekitar 330 juta orang yang bekerja di bidang pariwisata. Akan ada tantangan antara memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan, bersama dengan dampak ekonomi pariwisata, terhadap seluruh situasi Covid," katanya.
Saat cuaca menghangat, para ahli juga khawatir bahwa kepatuhan terhadap pedoman jarak sosial mungkin sudah mulai dilupakan.
Dalam sebuah penelitian yang sedang berlangsung, para peneliti dari University College London menemukan bahwa kurang dari 50 persen responden di bawah 30 tahun patuh "sepenuhnya" dengan aturan kuncian.
Kematian akibat virus mungkin berkurang setiap hari di banyak negara Eropa, tetapi para ahli memperingatkan bahwa benua itu dapat mengambil risiko gelombang kedua jika mereka tidak melangkah dengan hati-hati.
Paul Hunter, seorang profesor perlindungan kesehatan di University of East Anglia, Inggris, mengatakan kepada CNN bahwa risiko penularan virus di luar rumah tetap rendah, tetapi tetap mendorong jarak sosial dan kebersihan, seperti mencuci tangan secara teratur.
Risiko penyebaran virus akan tergantung pada berapa banyak orang mengunjungi hotspot wisata, dan bagaimana mereka bertindak ketika mereka sampai di sana, katanya.
(ard)
[Gambas:Video CNN]