Studi: Risiko Usia di Bawah 20 Terinfeksi Corona Lebih Rendah

CNN Indonesia
Kamis, 18 Jun 2020 20:05 WIB
Ilustrasi anak sekolah
Ilustrasi: Studi terbaru menunjukkan anak-anak dan remaja usia di bawah 20 tahun setengah kali atau 50 persen lebih rendah kerentanannya terinfeksi virus corona. (Foto: Istockphoto/ Damircudic)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anak-anak dan remaja atau orang yang berusia di bawah 20 tahun disebut memiliki risiko lebih rendah terinfeksi virus corona (Covid-19). Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine mendapati risiko orang di bawah 20 tahun terinfeksi virus penyebab Covid-19 lebih rendah 50 persen atau setengah kali lebih kecil dibanding orang yang berusia di atas 20 tahun.

Penelitian para ahli epidemiologi London School of Hygiene and Tropical Medicine tersebut menganalisis model penularan untuk memperkirakan kerentanan penyakit terhadap usia seseorang, dengan kasus yang ada.

Berdasarkan data epidemi di sejumlah negara seperti China, Jepang, Korea Selatan, Italia, Kanada, dan Singapura, peneliti mendapati kerentanan anak-anak terjangkit Covid-19 dari kontak dengan orang yang terinfeksi, lebih rendah. Mereka juga mengalami penyakit yang tak begitu parah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para peneliti memperkirakan, gejala klinis Covid-19 bermanifestasi pada 21 persen orang yang berusia 10-19 tahun. Jumlah itu meningkat pada orang yang berusia 70 tahun yakni sekitar 69 persen.

Meski relatif kecil, peneliti menyarankan agar pemerintah atau pembuat kebijakan mempertimbangkan kembali pembukaan sekolah demi mencegah penyebaran virus corona.

"Oleh karena itu, kami menemukan bahwa intervensi yang ditujukan untuk anak-anak mungkin memiliki dampak yang relatif kecil pada pengurangan penularan SARS-CoV-2 (nama ilmiah virus corona), terutama jika penularan infeksi subklinis rendah," tulis peneliti dalam studi mereka.

Dikutip dari CNN, hasil studi ini serupa dengan temuan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan bahwa anak-anak yang didiagnosis dengan Covid-19 di AS memiliki kasus yang ringan.

Peneliti mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian tentang penularan infeksi yang disebabkan oleh orang tanpa gejala (OTG).

Kendati kerentanan kelompok muda lebih rendah, dokter spesialis penyakit dalam Zubairi Djoerban mengingatkan untuk tetap waspada. Kendati menunjukkan gejala yang lebih ringan, bukan berarti kelompok muda terbebas dari segala risiko.

Infografis Kamus Istilah Penyakit terkait Virus CoronaFoto: CNN Indonesia/Timothy Loen
Infografis Kamus Istilah Penyakit terkait Virus Corona

"Sekarang kalau yang orang tua itu gawat karena saluran pernapasan, maka kalau yang muda itu kena stroke," terang Zubairi yang juga Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.

Zubairi menerangkan, kasus di beberapa negara telah menunjukkan bahwa kelompok muda memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat, tapi bukan berarti kebal. Sekalipun, gejala yang mungkin muncul akan cenderung ringan.

Sementara dalam kesempatan lain Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan agar pemerintah melanjutkan skema pembelajaran jarak jauh setidaknya hingga Desember 2020. Ini karena perkembangan penyebaran infeksi virus corona di Indonesia belum sungguh-sungguh bisa dikendalikan.

Ketua IDAI, Aman Pulungan dalam keterangan tertulis pada pengujung Mei khawatir pelonggaran kebijakan pembatasan aktivitas yang tak tepat waktu justru akan menimbulkan lonjakan kasus pada anak-anak.

"Dengan memperhatikan jumlah kasus konfirmasi Covid-19 yang masih terus bertambah, mulai melonggarnya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kemungkinan terjadi lonjakan jumlah kasus kedua, dan masih sulitnya menerapkan pencegahan infeksi pada anak-anak," ungkap Aman menjelaskan konteks kasus Covid-19 di Indonesia.

(ptj/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER