Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi, selama new normal, perusahaan diwajibkan untuk melakukan penerapan protokol kesehatan dan membentuk tim penanganan COVID-19 di tempat kerja.
Penerapan protokol kesehatan yang dimaksud adalah mewajibkan perusahaan melakukan pengecekan suhu, menyediakan sarana cuci tangan dan hand sanitizer, serta memastikan adanya physical distancing di tempat kerja
Terkait New Normal, PT Kino Indonesia, Tbk., telah beradaptasi dengan kondisi COVID-19 ini bahkan sebelum WHO menetapkan darurat COVID-19. Sejak Februari 2020, Kino telah menerapkan protokol melawan COVID-19 dengan ketat, serta membagikan 1 juta masker, multivitamin, dan hand sanitizer sebagai senjata kesehatan untuk seluruh karyawan dan keluarganya. Kesehatan karyawan dan keluarga pun dimonitoring setiap harinya melalui sebuah aplikasi.
Bagi Kino, karyawan merupakan roda penggerak perusahaan, tak pelak Kino berkomitmen melindungi karyawannya, walau mesti menghabiskan dana yang cukup besar.
Bukan hanya dari sisi kesehatan, adaptasi yang dilakukan Kino juga dengan melakukan re-focusing strategi bisnis selama New Normal. Di tengah krisis, Kino beradaptasi dengan melihat kebutuhan konsumen dan fokus pada produk cairan pembersih tangan yang saat ini mengalami lonjakan permintaan. Produk sanitasi yang digenjot Kino inilah yang membuatnya tetap stabil meski dilanda krisis COVID-19.
Semua manuver yang dilakukan Kino tentunya tak lepas dari peran CEO & Presiden Direktur PT Kino Indonesia, Tbk, Harry Sanusi. Masa kecilnya yang terpuruk membuat Harry harus membantu orang tuanya dengan berdagang obat. Rupanya dari sinilah intuisi bisnisnya terasah.
Pengalamannya berdagang obat semasa kecil, membuat Harry memberanikan diri terjun ke dunia bisnis. Ia mulai membangun Kino mulai dari menjadi distributor hingga akhirnya memutuskan untuk merambah bisnis ke consumer goods tepat di kala krisis 1998 yang tentunya berisiko tinggi. Namun keberanian Harry mengambil risiko dan menunggangi krisis saat itu menjadi kunci keberhasilan Kino saat ini. Baginya, menjalani bisnis butuh keberanian dan kebijaksanaan.
"Beranilah untuk memulai sesuatu, bila tidak, kita tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya. Dan, jangan pernah takut melakukan kesalahan, selama kesalahan itu tidak disengaja. Sebab dari situlah, kita akan belajar," ujarnya.
Pintar memanfaatkan momentum, juga menjadi kunci keberhasilan seorang Harry Sanusi. Seperti misalnya, di tengah krisis pandemi COVID-19 ini, di mana ia bisa memanfaatkan peluang bisnis, dan mengubah krisis menjadi opportunity. Itulah mengapa Kino tetap bisa bertahan meskipun pandemi melanda.
"Seorang Harry Sanusi ada batas waktunya, namun Kino harus terus bertahan," pesan Harry kepada generasi penerusnya.
Oleh karena itu, regenerasi Harry Sanusi sudah dimulai sejak anak-anaknya masih kecil, yaitu dengan mengajarkan mereka seluk beluk perusahaan. Ia ingin Kino bertahan hingga generasi mendatang dan terus berkembang. Misinya saat ini tidak hanya menjangkau konsumen Indonesia, namun juga konsumen di seluruh dunia.
"Bukan lagi 250 juta manusia, melainkan 7 miliar penduduk dunia," ucapnya.
Misi ini bukan hanya sekedar mimpi. Harry pun telah memulai pemasaran beberapa produk Kino ke luar Indonesia, dan di tahun ini, ia mulai menyasar negara berpenduduk besar, seperti Afrika dan China. Baginya produk Indonesia memiliki potensi tinggi di kancah internasional, dan semua mimpinya bukan tak mungkin, apalagi di era modern seperti sekarang ini.