Mengenal Faktor Penyebab Alergi pada Anak

CNN Indonesia
Rabu, 01 Jul 2020 13:43 WIB
Hand scratching ,legs of fat boy with swelling spot ,sore and scar from mosquitoes bite allergy, Health care concept
Ilustrasi: Penyebab alergi pada anak ditentukan oleh sejumlah faktor, bukan hanya sumber pemicu alergi melainkan juga termasuk soal riwayat orang tua dan imunitas tubuh. (Foto: iStockphoto/kwanchaichaiudom)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus alergi tak hanya ditemukan pada orang dewasa tetapi juga anak-anakPenyebab alergi pada anak pun tidak tunggal, ada sejumlah faktor penentu.

Melansir dari Kids Health, alergi merupakan reaksi abnormal sistem imun terhadap sesuatu yang tidak berbahaya buat kebanyakan orang. Substansi pemicu alergi pada anak atau alergen biasanya berupa makanan, debu, serbuk sari tanaman atau obat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika anak terpapar alergen, timbul reaksi alergi antara lain, mengi, kesulitan bernapas, batuk, sakit perut, muntah, diare, mata gatal atau timbul ruam pada kulit.

Berikut penyebab alergi pada anak.

ilustrasi anak laki-laki sakitilingIlustrasi: Penyebab alergi pada anak bisa dikarenakan faktor imunitas tubuh ataupun juga riwayat alergi orang tua. (Foto: IStockphoto/ljubaphoto)

1. Proses kelahiran

Kelahiran Caesar jadi salah satu penyebab alergi pada anak. Profesor Budi Setiabudiawan, konsultan alergi dan imunologi anak, mengatakan anak yang lahir Caesar lebih rentan mengalami alergi daripada anak lahir normal (vaginal birth).

"Kalau dia lahir secara Caesar, perkembangan mikrobiota normal di usus akan terlambat, tidak akan optimal sehingga terjadi perubahan pada sistem imun anak dan berisiko timbul di kemudian hari," kata Budi seperti dikutip dari Antara.

Sebuah studi menemukan mikrobiota anak lahir normal didapat dari usus ibu yang mungkin diambil pada saat proses kelahiran.

Sedangkan riset dari jurnal Nature menyebut anak lahir Caesar lebih banyak terpapar mikrobiota dari lingkungan rumah sakit.

2. Riwayat orangtua

Budi menuturkan orang tua dengan riwayat alergi juga turut berkontribusi pada alergi anak. saat kedua orang tua memiliki riwayat alergi maka anak memiliki risiko 40-60 persen mengalami alergi. Sedangkan jika hanya salah satu orang tua (ayah atau ibu) yang mengalami alergi maka, risikonya sebesar 20-40 persen.

Kendati begitu, meski kedua orang tua tidak memiliki riwayat alergi, anak tetap memiliki risiko alergi sebesar 5-15 persen.

"Apabila dikenali dini, ditangani dini optimal tata laksana, sehingga tidak berlanjut ke penyakit seperti eksim, asma, rhinitis alergi. Kalau terlambat diagnosa, akan muncul dampak-dampak disebabkan penyakit alergi, dari sisi kesehatan misalnya meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti obesitas, hipertensi dan sakit jantung," jelas Budi lagi.

3. Faktor risiko

Selain proses kelahiran dan riwayat keluarga, ada beberapa faktor yang memperbesar risiko alergi pada anak, antara lain:

- Kurang paparan sinar matahari, sehingga anak mengalami defisiensi vitamin D. Padahal vitamin D berperan dalam sistem imun tubuh.

- Paparan asap rokok juga polutan lingkungan.

- Pengenalan makanan padat yang tertunda. Umumnya anak berkenalan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) saat masuk usia 6 bulan.

- Diet rendah asam lemak omega 3 (n-3 PUFA), antioksidan dan serat. Asupan omega 3 berperan dalam meningkatkan sistem imun tubuh. Sedangkan serat berperan menyehatkan saluran cerna dengan menjaga keseimbangan bakteri yang turut berpengaruh dalam sistem imun.

(els/antara/nma)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER