Cara terbaik mengonsumsi jamur Cordyceps menurut akademisi dari Universitas Brawijaya, Widodo adalah dengan ekstraksi. Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Brawijaya yang merupakan pakar biomolekuler ini menjelaskan, proses ekstraksi memungkinkan pemilahan senyawa yang bermanfaat bagi tubuh.
"Paling baik diekstrak, karena dengan diekstraksi, senyawa-senyawa lain yang mungkin kurang baik bisa dihilangkan. Sehingga, yang didapatkan senyawa yang diperlukan," jelas profesor Widodo dikutip dari Antara.
Jamur Cordyceps memiliki berbagai manfaat, salah satunya meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses ekstraksi jamur yang juga tengah diuji klinis oleh peneliti LIPI itu, menurut Widodo bisa dilakukan secara tradisional ataupun modern. Ekstraksi tradisional jamur Cordyceps bisa dilakukan dengan cara merebus. Sedangkan ekstraksi modern dilakukan dengan menggunakan larutan organik.
"Proses ekstraksi macam-macam, ada yang tradisional, modern. Minimum diesktrak menggunakan air panas dalam perebusan, kalau di perusaaan modern bisa dengan ekstraksi dengan larutan organik," tutur Widodo.
Terkait penanganan infeksi virus corona jenis baru, saat ini tim gabungan peneliti tengah menguji klinis kandidat immunomodulator yang merupakan Cordyceps militaris dan kombinasi herbal yang terdiri atas rimpang jahe merah, meniran, sambiloto dan daun sembung. Uji klinis telah dimulai pada awal Juni 2020 ke pasien Covid-19 di Wisma Atlet.
Sementara untuk konsumsi secara umum, Widodo mengungkapkan hingga kini memang ada penelitian yang mengukur dan membandingkan nilai manfaat antara jika Cordyceps dikonsumsi secara khusus, dengan Cordyceps yang dikombinasikan herbal lain.
"Idealnya herbal itu di-mixing semakin baik, tetapi saya belum menemukan riset kalau [jamur Cordyceps] di-combine akan lebih baik atau tidak," kata Widodo.
Dia mengatakan, jamur Cordyceps militaris ini relatif aman dikonsumsi untuk jangka panjang. Hanya saja ia mengingatkan, sebaiknya konsumsi tetap memperhatikan dosis.
"Konsep herbal disamping aktivitasnya, keamanan, lalu dosisnya. Dosis yang dianjurkan harus dipatuhi. Untuk Cordyceps, karena sifat antiviral, blocking gandaan material genetik sehingga dianjurkan tidak terlalu banyak, meskipun belum ada literatur yang menyatakan efek samping dengan dosis tertentu," jelas Widodo.
Selain meningkatkan sistem kekebalan tubuh, Widodo mengatakan, jamur Cordyceps memiliki beberapa bahan aktif dan bersifat sebagai immunomodulator, antiinflamasi, antivirus dan bisa mengobati gangguan pernapasan, termasuk antioksidan.
Berdasarkan prediksi melalui analisis bioinformatik, menurut Widodo, kandungan Adenosin dan Cordycepin dalam Cordyceps berpotensi sebagai antivirus--dengan struktur mirip dengan Galidesivir.
Galidesivir sendiri merupakan salah satu antivirus yang masuk dalam kandidat vaksin untuk penanganan virus corona dan sudah melalui uji klinis fase pertama.
"Strukturnya [Adenosin dan Cordycepin] menghambat, menganggu proses replikasi virus. Bahan-bahan aktif ini yang bisa bekerja sistemik untuk melakukan proses ketika tubuh kita imbalancing, sehingga sistem imun bisa terjaga baik," papar Widodo.
(antara/nma)