Polisi bersenjata terlihat berpatroli di situs suci Bagan, Myanmar, yang sedang mendapat ancaman penjarahan.
Sejak sore hari, sekitar 100 polisi menyisir kawasan Bagan seluas 100 kilometer persegi untuk menangkap para perampok.
"Pasukan keamanan kami berpatroli siang dan malam," kata Letnan Kolonel Sein Win kepada AFP, seperti yang dikutip pada Selasa (7/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bisa mengendalikan situasi untuk saat ini, namun banyak tantangan dalam menangani kasus ini."
Dari abad ke-9 hingga ke-13, kota Bagan adalah ibu kota Kerajaan Pagan, kerajaan pertama yang menyatukan wilayah-wilayah yang kemudian membentuk Myanmar modern.
Kota Bagan menjadi tempat lebih dari 3.500 monumen kuno, mulai dari stupa, kuil, mural dan patung, dan akhirnya masuk ke daftar warisan dunia UNESCO pada tahun lalu.
Sayangnya, pandemi virus corona menghalangi rencana pemerintah Myanmar untuk melakukan promosi wisata atas status baru nan bergengsi tersebut.
Sepinya pengunjung membuat kuil dan hotel di sekitarnya kosong, menghancurkan mata pencaharian penduduk setempat dan membuka pintu bagi para pencuri benda bersejarah di Bagan.
Dalam serentetan pembobolan di situs suci pada awal Juni, para perampok menjarah di 12 kuil yang berbeda, mencuri berbagai relik, termasuk stupa tembaga, koin kuno, dan perhiasan batu giok.
Polisi dan pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk menjaga situs suci Bagan dengan menyisir kawasan tiap malam, mulai dari berjalan kaki, naik motor, sampai naik mobil jip.
"Tidak mudah untuk berpatroli karena area ini sangat luas. Tim juga perlu waspada terhadap banyak ular berbisa di daerah itu," kata seorang petugas polisi yang terlihat mengenakan masker sebagai atribut wajib bertugas di tengah pandemi virus corona.
![]() |
Untuk saat ini, penjagaan ekstra tampaknya telah menggagalkan pembobolan di kuil paling populer di Myanmar itu.
Beberapa peninggalan berasal dari abad 11 sampai 13, era ketika Bagan adalah ibu kota kerajaan regional.
Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa dekade Bagan menjadi target pencurian yang sangat serius, kata Myint Than, wakil direktur departemen arkeologi Bagan, sambil menunjukkan area yang dipanjat pencuri untuk masuk kawasan.
"Ketika ada turis di sini, tidak ada pencurian," lanjutnya.
Than percaya pelaku kriminal berasal dari luar Bagan. Karena jika mata pencaharian penduduk setempat telah hancur oleh sepinya wisatawan, mereka tidak akan sampai hati "mengkhianati warisan leluhurnya".
![]() |
Perekonomian Bagan sangat tergantung oleh pariwisata.
Bagan menyambut hampir setengah juta pengunjung pada tahun 2019. Jumlah tersebut naik hingga 130 ribu saat festival Tahun Baru. Tapi sejak bulan April, saat pandemi virus corona melanda dunia, pariwisata mendadak Bagan lemah lesu.
Hotel-hotel dan restoran-restoran ditutup, sementara para pedagang kaki lima dan pengemudi tuk-tuk beralih ke pekerjaan konstruksi atau pertanian.
Penjual suvenir bernama Wyne Yee (46) mengatakan uang yang ia hasilkan pada bulan April hanya bisa untuk bertahan enam bulan.
"Kami tidak punya uang hingga akhir tahun," katanya sedih.
Dia mengatakan sangat sedih dengan aksi pencurian di kuil, tetapi - seperti orang lain di daerah itu - yakin bahwa para penjarah akan segera mendapat kutukan.
"Kuil-kuil Bagan tidak akan membiarkannya," katanya.
"Para perampok akan mendapat balasannya."