Meski telah dianjurkan pelbagai pihak baik dari kalangan ahli maupun pemerintah di berbagai negara, sebagian orang masih kerap lalai dan menyepelekan ketertiban memakai masker. Padahal dokter dan pakar kesehatan telah banyak mengurai manfaat penggunaan pelindung mulut dan hidung ini di tengah wabah virus corona.
Karena itu Presiden Royal Society Inggris, Venky Ramakrishnan berpendapat seharusnya sikap menolak memakai masker di tengah pandemi Covid-19 ini sudah boleh dianggap sebagai hal yang tabu di tengah masyarakat. Seperti halnya pandangan ke orang yang menyetir dalam kondisi mabuk atau tanpa menggunakan sabuk pengaman.
Pelbagai tindakan itu kini jadi laku yang tak lagi bisa diterima secara sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Publik Inggris sudah melakukan cuci tangan dan menjaga jarak tetapi tetap skeptis soal masker. Anda cuma perlu ke transportasi publik, di mana mereka seharusnya mengikuti aturan, lihat berapa banyak orang mengabaikan aturan ini," kata Ramakrishnan dalam sebuah pernyataan resmi dikutip dari CNN.
Itu sebab ia mengingatkan siapapun untuk tertib memakai masker, khususnya di tempat umum yang tertutup. Apalagi penggunaan masker terbukti melindungi si pemakai dan orang di sekitarnya.
"Dulu cukup normal untuk minum [alkohol] sedikit dan pulang, dan juga biasa mengemudi tanpa sabuk pengaman. Hari ini, keduanya dianggap antisosial, tidak pakai masker di depan umum seharusnya juga dilihat dengan cara yang sama," tutur dia lagi.
Hal tersebut disampaikan Ramakrishnan bukan tanpa alasan. Dia berangkat dari sejumlah laporan yang membuktikan manfaat besar dari penggunaan masker.
![]() Infografis 6 Kesalahan 'Rutin' Saat Memakai Masker |
Sebuah laporan dari Data Evaluation and Learning for Viral Epidemics Initiative (DELVE), Royal Society menemukan penggunaan masker secara umum bisa mencegah penularan virus dan melindungi pemakainya.
Laporan kedua datang dari SET-C (Science in Emergencies Tasking - COVID-19). Tim memeriksa efektivitas berbagai jenis masker dan penutup wajah, mempelajari faktor perilaku, efektivitas pesan publik, kepercayaan dan hambatan untuk memakai masker.
Hasilnya, peneliti menemukan Inggris 'jauh tertinggal' dari negara-negara lain dalam implementasi kebijakan dan penggunaan masker. Persentase penggunaan masker di Inggris sekitar 25 persen pada April 2020. Angka ini sangat jauh tertinggal dari Italia sebesar 83,4 persen, Amerika Serikat sebesar 65,8 persen dan Spanyol 63,8 persen.
"Orang-orang mungkin bertanya mengapa Anda harus mengenakan masker di kereta tetapi tidak saat di toko. Jika petunjuk tidak konsisten, orang akan mengikuti preferensi mereka sendiri. Pesannya belum cukup jelas, sehingga mungkin orang tidak benar-benar memahami manfaatnya atau yakin akan manfaatnya," ungkap Ramakrishnan.
(els/nma)