Anjing aneka rupa berkeliaran di halaman bangunan kelir warna-warni. Kawasan ini dilengkapi kandang-kandang besi berjaring, ada pula kandang mini yang bisa dibawa ke mana saja, tempat makanan, juga spot untuk para anjing bermain.
Kanopi pohon yang lumayan rapat membuat tempat penampungan anjing ini teduh.
Dinding bergambar anjing dengan latar pink dan bertuliskan "Say No To Dog Meat" bakal menyambut siapa saja yang masuk ke tempat penampungan ini. Ada semacam saung bertulis "Animals Hope" di samping mural tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seketika binatang berbulu itu menggonggong bersahutan saat seseorang membuka pintu shelter. Seperti karib yang sudah lama kenal dan baru bertemu setelah sekian lama; belasan anjing itu menyerbu, menjilat dan menggapai-gapai laki-laki setengah plontos di hadapan mereka.
Christian Joshua Pale atau akrab disapa Chris, membalas aksi para anjing dengan mencium dan memeluk mereka satu per satu. Ia adalah pemilik Animals Hope Shelter Indonesia, sebuah tempat penampungan anjing di Kabupaten Bogor.
"Mas Gun! Prajna! Ayu!," celoteh Chris seraya menunjuk ke beberapa anjing.
"Ayu ini saya rescue (selamatkan) waktu di Bali. Dia kondisi hamil, cuma karena kena tendang anak-anaknya mati semua," cerita Chris lagi saat ditemui CNNIndonesia.com di Animals Hope Shelter Indonesia, Cibadung, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Sembari meladeni 'anak-anak' yang meminta perhatian, tak jarang beberapa anjing kena omelan. Suasana shelter pun berubah riuh.
![]() Anjing-anjing yang menghuni shelter sebagian merupakan anjing yang diselamatkan mulai dari anjing terlantar, korban tabrak lari, sakit hingga anjing breeder. |
Seekor anjing menggonggong, yang lain mengikuti seperti bersahut-sahutan.
"Dome! Jangan gitu!" omel Chris pada Dome si anjing berbulu panjang.
Di sini, anjing-anjing begitu lincah. Kedatangan orang baru seperti menarik perhatian mereka. Jadi jangan kaget ketika Anda berkunjung, belasan anjing hampir pasti akan 'caper' alias cari perhatian lewat endusan, jilatan hingga memanjat tubuh Anda.
Namun siapa sangka, kondisi mereka dulu terbilang mengenaskan.
Chris bercerita, anjing yang menghuni shelter ini sebagian hasil penyelamatan (rescue) mulai dari kondisi sakit, terlantar atau, korban tabrak lari. Ada beberapa anjing dalam kondisi tidak sempurna seperti kaki tinggal tiga, salah satu mata buta, daun telinga terpotong atau kaki belakang lumpuh.
Seperti misalnya, Gunadharma. Anjing ini diselamatkan di tengah pelariannya dari sebuah lapo dalam kondisi mata luka. Ia nyaris saja jadi santapan manusia kalau tak kabur.
Lihat juga:6 Taman Anjing di Sekitar Jakarta |
Saat itu bertepatan Idul Fitri hari kedua di 2017 sehingga klinik-klinik hewan penuh dengan anjing yang dititipkan. Karena tidak menerima anjing sakit, Chris memutuskan untuk merawat Gun sendiri. Kondisinya kini, buta sebelah mata.
"Jam 2 pagi habis infus, saya pontang-panting cari infus ke rumah sakit di Pamulang. Mata dia dioperasi. Sayang dia kena distemper (penyakit menular pada hewan yang menyerang pernapasan, pencernaan dan saraf), matanya belekan saya bersihkan," kenang Chris.
"Sembuh, terus kena virus parvo, saya nangis. Sempat kakinya patah. Klinik enggak mau rawat karena kutuan. Pas sembuh, makanya dia dekat sama saya, manja," lanjut dia lagi bersemangat.
Keinginan Chris sederhana. Ia hanya ingin anjing-anjing ini hidup sejahtera, sempat merasakan kasih sayang, meski singkat.
Ia teringat anjing bernama Kirana. Pada 2018, Chris menolong Kirana yang sakit tumor. Kala itu dokter memvonis Kirana hanya memiliki 2 persen harapan hidup.
Nyaris disuntik mati, Chris memilih mengeluarkan kocek Rp25 juta untuk operasi. Mungkin bagi sebagian orang, uang ini lebih baik diberikan untuk pengobatan atau perawatan anjing lain. Namun tidak demikian bagi Chris.
"Walau sisa harapan hidup cuma 1 persen, dia tetap berhak hidup," ucap dia menjelaskan.
![]() Christian Joshua Pale, pemilik Animals Hope Shelter Indonesia, disambut 'anak-anaknya' saat bertandang pada Rabu (26/8). |
Tapi kondisi pandemi Covid-19 membuat segalanya berubah. Animals Hope Shelter Indonesia yang ia dirikan bernaung di bawah yayasan, sehingga mengandalkan uluran tangan donatur. Wabah berimbas besar. Ia mengibaratkan, kalau sebelum pandemi donasi bisa sebesar 100 persen, tapi wabah membuat sumber dana merosot 10 kali lipat tinggal 10 persen.
Padahal dalam sebulan, ia bisa menghabiskan sekitar Rp100 juta. Dana ini digunakan untuk menggaji 18 staf, termasuk dokter, makanan hewan, operasional berupa air dan listrik, juga biaya perawatan anjing-anjing yang sakit. Chris mengaku memiliki tunggakan biaya di klinik hewan.
"Apalagi kami selama pandemi masih terus menerima (anjing)," imbuh dia lagi.
Meski terseok-seok, Chris bertekad tetap mengupayakan hak hidup untuk 'anak-anaknya'. Sebab ia tahu betul rasanya dipinggirkan, dijauhi, dan tidak diinginkan akibat kondisi fisik dan penyakit.
Chris mengenang, jauh sebelum fokus merawat hewan, ia adalah seorang guru sains yang cemerlang. Sejak mengajar di Bandung pada 2007, Chris mampu mengantar anak muridnya menggapai prestasi dan mengangkat nama sekolah. Pindah ke Jakarta pun semangatnya tetap sama. Hingga pada 2014, Chris mencoba terbuka pada sang kepala sekolah dan melela bahwa dirinya seorang gay.
Rupanya reaksi negatif yang ia terima. Sampai-sampai, pernah suatu kali, kepala sekolah memintanya cuci tangan dengan antiseptik sebelum berinteraksi dengan para murid.
Setahun sesudah itu, pada 2015, Chris mengidap hepatitis A. Penyakit ini membuatnya dikucilkan dari pergaulan. Kondisi diperparah dengan cedera pada kaki sehingga ia harus menggunakan tongkat.
Chris tidak ingin nasib serupa dialami para hewan. Banyak hewan termasuk anjing yang dijauhi, lama tidak diadopsi, atau ditelantarkan karena kondisi sakit dan fisik tidak rupawan.
"Mau sampai kapan rescue anjing? Sampai saya mati. Meski saya takut kalau saya mati, anak-anak saya gimana. Mereka mati duluan aja enggak apa-apa. Saya mau mereka mati dalam keadaan bahagia," ucap Chris.
(els/nma)