Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memperingati hari kemerdekaan. Sementara sebulan berikutnya, tepatnya pada 17 September 1945 lahir Palang Merah Indonesia (PMI).
Tepat hari ini, PMI merayakan ulang tahun yang ke-75. Pada usia yang tidak muda lagi, Kepala Unit Transfusi Darah PMI DKI Jakarta Ni Ken Ritchie mengungkapkan, organisasinya justru ingin menjangkau anak muda melalui tema 'Modernisasi Pelayanan'.
"Tahun ini harapannya PMI memodernkan pelayanan, mengikuti yang kekinian. Implementasinya semisal dari kegiatan-kegiatan kampanye donor darah, juga menggunakan media sosial supaya menjangkau anak muda," tutur Ni Ken Ritchie kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data yang dimiliki PMI DKI Jakarta, Ni Ken merinci, rata-rata pendonor tetap berusia 40-50 tahun. Sementara pendonor usia muda kebanyakan melakukan donor saat ada anggota keluarga atau kerabat yang memerlukan.
Dari situ, ia melihat masih rendahnya kesadaran kalangan muda untuk mendonorkan darah. Ni Ken menduga, hal tersebut boleh jadi karena anak muda belum merasakan dan memahami pelbagai manfaat donor darah.
Dalam keterangan terpisah, praktisi klinik dan kesehatan, dokter Ari Fahrial Syam mengungkapkan donor darah akan membuat tubuh lebih sehat. Pengeluaran darah akan secara otomatis membuat tubuh memperbarui darah.
Tubuh akan merespons keluarnya darah dengan segera memproduksi sel darah merah baru. Kondisi ini membuat kadar Fe darah (zat besi) menjadi stabil dan jantung pun bakal lebih sehat.
Selain itu, donor darah akan mengurangi kepekatan darah seseorang sehingga aliran darah pun jadi lebih lancar. Lancarnya aliran darah akan menghindarkan Anda dari serangan jantung.
"Menurut penelitian di Amerika dan dipublikasi pada American Journal of Epidemiology, mendapatkan bahwa orang yang melakukan donor darah secara rutin ternyata akan mengurangi risiko terkena serangan jantung hampir 88 persen dibandingkan orang yang tidak melakukan donor darah," terang Ari.
![]() Infografis Berkenalan dengan Golongan Darah Manusia |
Memasuki usia ke-75, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla dalam laman resmi organisasi menuturkan tetap setiap membantu mengatasi kesulitan masyarakat di tengah bencana hingga saat penanganan Covid-19, termasuk memastikan ketersediaan darah. Ketika cadangan darah merosot di tengah pandemi namun kebutuhan akan darah terus ada, maka PMI menggandeng pelbagai instansi.
"Orang takut keluar rumah [saat pandemi], karena itu menurun sampai 50 persen. Tapi Alhamdulillah dengan bantuan TNI-Polri bisa teratasi sampai naik 80 persen. Sisanya, adalah donor pengganti. Agar tidak kekurangan, keluarga yang butuh diminta membawa anggota keluarga untuk mengganti darah yang diminta," jelas JK--sapaan akrab Jusuf Kalla, dikutip dari laman resmi PMI.
Jauh sebelum PMI berdiri pada 1945, sebenarnya Indonesia memiliki organisasi Palang Merah yang didirikan pemerintah kolonial Belanda. Melansir dari laman resmi PMI, Belanda mendirikan Het Nederland-Indiche Rode Kruis (NIRK) dan kemudian diubah menjadi Nederlands Rode Kruis Afdeling Indië (NERKAI).
Timbul keinginan untuk memiliki organisasi Palang Merah sendiri, dipelopori dokter RCL. Senduk dan Bahder Djohan, perjuangan untuk mengajukan pendirian organisasi pun ditempuh. Namun pengajuan ini terus ditolak, termasuk saat masa penjajahan Jepang.
Hingga pada 3 September 1945, Presiden Soekarno memerintahkan Menteri Kesehatan dokter Buntaran Martoatmodjo untuk membentuk Badan Palang Merah Nasional. Ia ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia ada dan nyata.
Perintah Soekarno ditindaklanjuti dengan pembentukan Panitia Lima pada 5 September 1945. Panitia terdiri atas dokter R. Mochtar, dokter Bahder Johan, dokter Joehana, Dr. Marjuki dan, dokter Sitanala.
Setelah persiapan oleh Panitia Lima, terbentuk Pengurus Besar PMI pada 17 September 1945 dengan ketuanya Mohammad Hatta.
Karena dalam satu negara hanya boleh ada satu perhimpunan nasional NERKAI pun dibubarkan dan aset diserahkan pada PMI. Saat ini, PMI tersebar di seluruh provinsi di Indonesia termasuk di kabupaten/kota hingga kecamatan.
Pada 2020 ini, tantangan PMI salah satunya menyoal ketersediaan darah. Harus diakui pendonor menurun karena ada rasa takut, khawatir akan penularan virus corona. Belum lagi, instansi-instansi yang terpaksa memberlakukan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) sehingga aktivitas donor darah di sana urung dilakukan.
Namun begitu, tekad organisasi ini untuk mencukupi ketersediaan darah tak surut.
"Selain itu tantangan kami, gimana kami bisa meyakinkan pendonor datang untuk menyumbangkan darah. Di sini kami meningkatkan protokol kesehatan sehingga pendonor yakin mau donor dan aman," pungkas Ni Ken.
(els/nma)