Psikolog Forensik: Mutilasi Kalibata City Bukan Luapan Emosi

CNN Indonesia
Selasa, 22 Sep 2020 16:35 WIB
Aksi mutilasi menurut psikologi forensik biasanya dihubungkan dengan luapan emosi negatif. Namun temuan kasus mutilasi Kalibata City tidak begitu.
Aksi mutilasi menurut psikologi forensik biasanya dihubungkan dengan luapan emosi negatif. Namun temuan kasus mutilasi Kalibata City tidak begitu. (Foto: Humas Polda Metro Jaya)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus pembunuhan dan mutilasi Kalibata City yang diduga dilakukan pasangan kekasih LAS dan DFA menarik perhatian banyak pihak. Berdasarkan psikologi forensik, terdapat sejumlah faktor kasus ini dapat terjadi.

Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menjelaskan aksi mutilasi biasanya identik dengan kesadisan yang diasosiasikan dengan luapan emosi negatif. Namun berdasarkan investigasi polisi, kasus mutilasi dengan tersangka LAS dan DFA ini tidak berdasarkan luapan emosi.

"Faktanya, mengacu investigasi Polda Metro Jaya, tidak demikian. Kasus ini tampaknya termasuk tipe pembunuhan instrumental-gratifikasi (ekonomi). Niat awal para pelaku adalah merampas harta," kata Reza kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reza menduga, aksi pembunuhan terjadi karena korban melawan sehingga mengakibatkan benturan fatal. Ia pun memperkirakan, karena itu pelaku lantas membunuh korban.

"Perilaku pelaku kebablasan, sehingga perampokan/pemerasan berencana justru menjadi pembunuhan," ucap Reza.

Untuk memudahkan penghilangan barang bukti, Reza melanjutkan, pelaku memilih melakukan mutilasi. Ia menduga, cara ini ditempuh guna memudahkan proses melarikan diri dan agar korban tidak dapat diidentifikasi oleh orang lain.

"Aksi mutilasi mereka pun bukan didorong oleh emosi, tapi dilatari motif instrumental yaitu untuk menghalangi kerja kepolisian," kata Reza.

"Tubuh korban dicacah-cacah dengan maksud agar barang bukti lebih mudah dihilangkan, pelarian diri dari TKP lebih cepat, dan korban tidak dapat diidentifikasi," sambung Reza yang merupakan peraih master psikologi forensik pertama di Indonesia.

Infografis tentang informasi seputar gejala, pencegahan dan penyebab depresi.Foto: Astari Kusumawardhani
Infografis tentang informasi seputar gejala, pencegahan dan penyebab depresi.

Menurut Reza, modus yang rapi dengan menjebak korban secara seksual mengindikasikan mereka pernah melakukan modus serupa sebelumnya secara berkelompok.

"Alhasil, betapa pun kebablasan, penggunaan modus yang sama atas diri korban terakhir merupakan bukti kefasihan sekaligus puncak karier kriminal para pelaku. Kriminal generalis, bukan spesialis pembunuhan," Reza menduga.

Reza menyebut dua sejoli maut itu mesti mendapatkan ancaman pidana maksimal karena riwayat kejahatan dan kefasihan mereka.

Sebelumnya pada Rabu (16/9), polisi menemukan jasad termutilasi dari seorang pria yang sebelumnya dilaporkan hilang. Temuan ini berada di Lantai 16 Tower Ebony, Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan.

Dalam kasus ini, polisi menetapkan LAS dan DAF sebagai tersangka pembunuhan dengan motif menguasai harta korban. Atas perbuatan tersebut, keduanya dijerat Pasal 340 KUHP jo Pasal 338 KUHP jo Pasal 365 KUHP dengan ancaman hukuman mati.

(ptj/nma)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER