Selamat Hari Batik Nasional! Hari Batik diperingati setiap tanggal 2 Oktober setelah resmi menjadi warisan budaya tak benda dari UNESCO pada 2009 lalu.
Di hari ini, hari batik dirayakan di hari Jumat yang memang disarankan untuk memakai batik. Namun tentunya hari ini terasa spesial karena di hari ini, batik makin dikenal dunia internasional.
Kilas balik beberapa tahun ke belakang, batik juga makin populer dalam keseharian. Bukan cuma dipakai untuk menghadiri undangan pesta, tapi juga untuk dipakai sehari-hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun bagaimana kabar batik di tengah pandemi? Tak dimungkiri, pandemi memang mengubah banyak hal dan memukul industri, termasuk batik dengan keras.
Komarudin Kudiya, ketua umum Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia (APPBI) mengakui pandemi memukul industri tekstil khususnya batik. Meski tidak memiliki data empirik, jalinan komunikasi dengan sesama pengusaha batik membuatnya melihat corona telah 'menginfeksi' batik hingga membuat pengusaha harus gulung tikar.
"Di Cirebon, kurang lebih ada 50 perajin batik gulung tikar (dengan) modal di bawah Rp200juta. Mereka produksi (tapi) Januari, Februari, Maret tidak ada penjualan. Pengumpul batik pun tidak mau menerima karena masih ada tumpukan batik dari pameran-pameran yang dibatalkan. Sedangkan perajin dengan modal besar dan batik tulis juga terdampak tapi masih bisa bertahan," jelas Komar saat webinar bersama Google, Kamis (1/10).
Kemudian ia mendengar perajin batik di Pekalongan juga mengeluhkan hal serupa. Mereka yang awalnya berjualan di Jakarta termasuk Thamrin City harus mengangkut kembali dagangannya. Sewa terbilang mahal padahal hasil penjualan nyaris nol rupiah.
Akan tetapi Komar dan anggota asosiasi tidak tinggal diam. Pihaknya berinisiatif mengadakan webinar secara rutin sekaligus penggalangan dana demi membantu perajin yang terdampak.
![]() ilustrasi batik corona |
Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, menuturkan batik terus berinovasi. Jika mau ditilik ke belakang, tidak ada orang mengenakan kemeja atau atasan batik. Batik hanya dililitkan sebagai bawahan demi melengkapi atasan berupa kebaya dan beskap untuk kaum pria.
"Apa yang kita sebut tradisi, ini umumnya inovasi di masa lalu. Nantinya akan lahir lagi, berkembang jadi bentuk baru," kata Hilmar dalam kesempatan serupa.
Tak ada alasan untuk batik terus 'loyo' akibat pandemi. Justru Hilmar mendorong pengusaha atau perajin untuk melihat peluang baru. Karena tidak lagi bepergian, orang kini lebih banyak di rumah dan punya banyak kesempatan untuk memperhatikan interior huniannya.
Lihat juga:Belajar Membatik di Pusat Kota Jakarta |
"Ini kesempatan untuk perajin lebih khusus ke interior. (Jadi interior jalan) dan garment juga jalan," imbuhnya.
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud juga memfasilitasi riset. Kini banyak aplikasi canggih sehingga memungkinkan perajin mengaplikasikan batik pada beragam benda seperti case ponsel juga laptop. Namun ia mengingatkan agar inovasi batik ini tidak meninggalkan cerita dan makna di baliknya.
"Kalau tahu ceritanya, inisiatif orang untuk memiliki besar karena relatable, cocok dengan momen kehidupan. Ini bisa jadi strategi," katanya.
Selain itu, membuat berbagai motif baru juga bisa jadi sarana yang meningkatkan nilai jual batik. Beberapa waktu lalu, pandemi membuat kaum disabilitas menggarap batik yang unik dengan motif virus corona.
Ini bisa menjadi sebuah kisah sendiri antara batik dengan masa pandemi virus corona di tahun 2020.
![]() Kegiatan membatik di Rumah Batik Pal Batu. |