Sejarah Turtleneck, Ikon Fashion Lambang Kekuatan Wanita

Turtleneck alias busana dengan kerah tinggi identik dengan Steve Jobs. Sosok pemakainya juga lekat dengan orang yang pandai namun misterius. Belakangan turtleneck juga lekat dengan image oppa-oppa Korea.

Sejarah turtleneck sendiri bisa ditelusuri sejak abad ke-15. Pada waktu itu turtleneck biasa digunakan pelaut, untuk menghalau terpaan angin laut yang dingin. 

Turtleneck bisa jadi terkesan maskulin, namun busana ini ternyata juga lekat dengan perempuan. Turtleneck menyimpan reputasi historis yang panjang dan radikal karena kaitannya yang erat dengan berbagai figur perempuan.

Diawali saat item ini menjadi seragam bertanding para atlet olahraga polo di tahun 1860, yang menjadi favorit para working class di abad ke-19. Mengutip berbagai sumber, ketika itu pemain polo Inggris memasukkan atasan ke dalam pakaian olahraga mereka, oleh karena pakaian ini dinamakan "polo neck", dengan istilah Inggris yang mengacu pada kura-kura.

Di debut tersebut, sebuah movement yang berfokus pada perempuan lewat karakter fiksi Gibson Girl yang mandiri, aktif, dan atraktid digambarkan mengenakan dress berkerah tinggi.

Audrey Hepburn dan Jackie O

Dalam perkembangannya, banyak perempuan yang mulai melirik turtleneck sebagai busana mereka, termasuk parasensual bombshell yaitu Jayne Mansfield dan Marylin Monroe. Perlahan namun pasti, gaya busana berkerah tinggi ini mulai dilirik produksi film fashion Hollywood. Bintang-bintang kenamaan Holywood, memilih gaya busana itu sebagai sebuah tren yang apik pada masanya.

Audrey Hepburn, bintang Breakfast at Tiffany's juga menjadi penggebrak gaya turtleneck. Atasan turtleneck dengan gaya serba hitam yang dipakainya bahkan menjadi poster film Funny Face pada 1957.

"I'm different, (saya berbeda)," ungkapan pada script film Funny Face di tahun 1957 yang diucapkan Hepburn menjelaskan alasannya mengenakan turtleneck.

Mungkin gaya busana Hepburn dianggap terlalu mewah, namun sebenarnya busana turtleneck masuk sebagai baju basic dan sederhana yang bisa dipadu-padankan dan dipakai sehari-hari.

Hal ini dibuktikan oleh Jacqueline Lee Bouvier Kennedy atau Jackie O. Dia menggunakan turtleneck ketika bersepeda mengelilingi Central Park usai meninggalkan bayang-bayang kehidupannya sebagai first lady di Gedung Putih Amerika.

Versatile

Lalu masih relevankah turtleneck saat ini? Turtleneck sendiri termasuk busana yang tak lekang waktu atau timeless. Artinya, tak pernah ada istilah kuno untuknya.

Tengok saja Steve Jobs yang identik dengan gaya busana ini, selebriti Korea, atau politikus dunia yang kerap memadu-madankan turtleneck dengan outer ataupun blazer demi gaya yang lebih profesional sekaligus fungsional. Gaya ini masih relevan dan versatile, khususnya di musim dingin atau hujan.

Foto: istockphoto/heckmannoleg ilustrasi turtleneck

Politikus berusia 30 tahun Alexandria Ocasio-Cortez, Jil Sander dan Phoebe Philo juga berhasil membuktikan fleksibilitas turtleneck sebagai busana kerja, busana resmi, atau bahkan santai.

Dunia perempuan yang lekat dengan busana dan fashion tak dimungkiri menjadi andil bagi perkembangan turtleneck. Di masa kini, turtleneck bahkan dianggap menggambarkan sosok perempuan yang berani, klasik, sleek, bold, tangguh dan kuat.

Mengutip pernyataan Uniqlo Turtleneck, turtleneck juga dijadikan simbol untuk menyuarakan pencapaian setiap orang yang memiliki pengaruh luas lewat bakat dan pencapaian, juga dipastikan menjadi tren sepanjang tahun 2020 dan tahun-tahun selanjutnya.  

Turtlenecks telah menjadi simbol kekuatan, pemberontakan, gaya, dan kesopanan sepanjang sejarah.

Foto: istockphoto/visualspace ilustrasi turtleneck