Perubahan situasi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 terbukti meningkatkan trafik konsultasi kesehatan via saluran berbasis online.
Doddy Lukito, Chief (In Hospital) Business Officer & Co Founder HaloDoc, yakni aplikasi kesehatan berbasis online, mengatakan bahwa pada saat pandemi Covid-19, transaksi tele konsultasi dengan dokter melalui platform HaloDoc meningkat enam kali lipat.
Hal itu terjadi tepatnya pada periode Maret-Mei 2020, ketika pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala besar atau PSBB sebagai salah satu upaya untuk menghambat laju penyebaran pandemi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doddy juga menambahkan terjadi peningkatan sebesar 300 persen terhadap transaksi pembelian obat melalui aplikasi. Pada saat yang sama, lanjutnya, jumlah pengguna aktif HaloDoc sempat mencapai 20 juta per bulan.
"Ini semua dikarenakan adanya layanan tes Covid-19, memfalisitasi tes Covid-19 secara drive thru," katanya dalam acara Dialog Produktif dengan tema 'Berinovasi dan Optimistis Meningkatkan Usaha di Masa Pandemi oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasioal (KPC PEN), yang dilansir melalui laman Satgas Covid-19, Sabtu (7/11).
Doddy menyebut, bahwa situasi ketidakpastian dan tak nyaman yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang untuk berinovasi dalam memberikan layanan yang membawa solusi bagi masyarakat. HaloDoc pun menangkap peluang tersebut.
"Peluang di lapangan ini perlu dilihat secara holistik. Inovasi biasanya tumbuh dalam kondisi lingkungan yang tidak nyaman," tuturnya.
Dengan kondisi yang tidak nyaman, lanjutnya, para inovator justru merasa perlu mengintervensi kondisi tersebut. Dengan demikian, dapat dicapai kondisi yang lebih baik. Kegagalan, lanjutnya, justru terjadi bagi mereka yang tidak beradaptasi pada lingkungan.
"Memang, kita harus tahu apa sasaran atau pasar yang akan menerima solusi kita. Teknologi hanyalah salah satu faktor. Solusi tidak harus bersifat teknologi. Intinya bagaimana solusi tersebut dapat menjawab kebutuhan pengguna," kata Doddy.
Menurut dia, inovasi tetap harus dilakukan kendati pada awalnya belum tentu terlihat tepat sasaran.
"Saat kita menemukan solusi pertama kali, mungkin itu tidak langsung tepat guna. Kita pantau terus hasilnya seperti apa, sambil kita terus beradaptasi untuk mencapai hasil yang kita harapkan. Dari situ kita terus berevolusi," ujarnya.
Pada saat yang sama, Dosen & Fasilitator Strategi dan Manajemen Inovasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Avanti Fontana menegaskan bahwa inovasi merupakan salah satu instrumen yang sangat diperlukan guna merespon perubahan yang disebabkan oleh merebaknya wabah akibat Covid-19.
Inovasi tidak hanya akan berdampak merubah kondisi menjadi lebih baik dari sebelumnya, tetapi juga diharapkan mampu membawa perbedaan yang signifikan dalam nilai manfaat baik dari sisi ekonomi maupun sosial.
"Kalau bicara pandemi, tentu tujuannya bagaimana mengatasi pandemi dan tujuan yang lebih besar adalah menggapai kesejahteraan baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang," kata Avanti..
(rea)