Nakurnjak, Pakaian Dalam Raja Eropa yang Laris Jadi Suvenir

CNN Indonesia
Rabu, 18 Nov 2020 16:56 WIB
Dulu kala, pria di Balkan mengenakan nakurnjak sebagai pakaian dalam agar tetap hangat sekaligus meminimalisir dampak menunggang kuda.
Nakurnjak, aksesori fesyen tradisional asal Kroasia yang laris menjadi suvenir. (AFP/DENIS LOVROVIC)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dulu digunakan untuk menghangatkan bagian pribadi pria selama musim dingin yang ekstrem di pedesaan Kroasia, aksesori fesyen berbahan wol atau 'nakurnjak' kembali menjadi suvenir populer, berkat segelintir wanita yang melestarikan kerajinan tangan tradisional itu agar tidak terlupakan.

"Bentuk dan konsep nakurnjak memicu tawa, banyak energi positif, lelucon. Banyak (turis) membelinya sebagai hadiah Natal," jelas Sonja Leka (55 tahun) yang menjalankan asosiasi perajut yang melestarikan aksesori fesyen kuno itu di desa kecil mereka di wilayah Lika tengah.

Di Eropa abad ke-15 dan ke-16, penutup selangkangan itu menjadi item yang modis, terlihat pada potret raja-raja seperti Henry VIII dari Inggris.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Filsuf Prancis, Michel de Montaigne, mencerca aksesori fesyen itu sebagai "benda yang tidak berguna, yang bahkan tidak dapat kita sebutkan namanya dengan sopan namun kita pamerkan di depan umum".

Tetapi pria di Balkan mengenakan nakurnjak untuk alasan yang lebih praktis - sebagai pakaian dalam agar tetap hangat sekaligus meminimalisir dampak menunggang kuda.

Di Lika, daerah pegunungan yang jarang penduduknya dan terkenal dengan musim dinginnya yang ekstrem, nakurnjak adalah barang yang harus dimiliki dan dirajut dari wol domba oleh para wanita di sana.

"Pakaian tradisional laki-laki memiliki celana yang besar, tanpa pelindung di bawahnya, mereka harus menunggang kuda dan berjalan melintasi hutan untuk mengumpulkan kayu bakar, dari situlah asal kebutuhan untuk membuat nakurnjak," kata Leka, seperti yang dikutip AFP pada Rabu (18/11).

"Nenek moyang kami praktis, tidak ada salahnya membuat barang-barang yang berguna," katanya tentang kata Kroasia untuk aksesori fesyen tersebut, yang terjemahannya lebih literal menjadi 'codpiece'.

Bagian dari mahar

Di Licko Petrovo Selo, sebuah desa dengan penduduk sekitar 100 orang, Leka menjalankan asosiasi Tara di mana para wanita berkumpul untuk merajut, merenda atau menenun kaus kaki tradisional, tas tangan, handuk dan nakurnjak.

Nakurnjak menjadi oleh-oleh populer di antara wisatawan yang mengunjungi taman nasional Danau Plitvice di dekatnya, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, kata Leka, yang juga berprofesi sebagai pemandu wisata.

Tahun lalu sekitar 600 turis yang masyoritas berasal dari Amerika mengunjungi kelompok kerajinan tangannya, yang telah menerima sumbangan dari kedutaan dan pemerintah kota setempat.

Tetapi hotel bintang empat di seberang gedung rusak yang menampung asosiasi itu sekarang kosong karena virus Corona.

Beragam barang rajutan termasuk lusinan nakurnjak putih dan abu-abu berbentuk silinder, tergeletak di atas meja di tempat sederhana Tara, adalah pengingat menyedihkan tentang pandemi.

Sejauh ini, para wanita telah menjual atau menghadiahkan sekitar 1.500 nakurnjak, dikemas dalam kotak karton dengan latar belakang cerita dan sepasang biji kenari sebagai "simbol kesehatan yang baik".

Para perajut tua mengatakan nakurnjak sempat menjadi mahar berharga dalam pernikahan yang harus disiapkan pengantin perempuan untuk calon suami mereka.

Jika seorang pengantin wanita tidak dapat memperkirakan ukuran nakurnjak yang tepat untuk suaminya, dia harus meminta petunjuk dari kerabat mempelai pria.

Nakurnjak tersedia dalam ukuran XL, XXL dan 'ukuran Lika', kata Leka sambil tertawa.

Pria di wilayah tersebut berhenti memakai nakurnjak pada akhir 1950-an ketika pakaian dalam katun mulai beredar.

"Kami datang ke sini untuk bersosialisasi dan sekaligus bekerja agar kerajinan tangan tradisional ini tidak dilupakan," kata Anka Prica (73) yang merupakan bagian dari asosiasi.

Dia dan Bozica Leka yang berusia 83 tahun menyesali anak-anak muda di wilayahnya tidak tertarik mempelajari cara membuat nakurnjak.

"Sangat disayangkan tidak mewariskan hal ini kepada anak muda agar tradisi terus berlanjut. Tradisi akan mati bersama kita," kata Leka.

(afp/ard)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER