Kelinci merupakan salah satu satwa kesayangan banyak orang di dunia. Rupa dan aksinya yang menggemaskan menjadi alasannya. Kelinci juga sering dijadikan lambang keberuntungan.
Pulau Okunoshima di Jepang telah lama dikenal sebagai Pulau Kelinci atau Usagi Jima. Kawanan kelinci hidup bebas di sini, nyaris tanpa perlu khawatir dimangsa predaot.
Namun keberadaan ribuan kelinci di pulau ini berawal dari kisah yang memilukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pulau Okunoshima adalah pulau kecil di Laut Pedalaman Seto yang disebut Okunoshima, dua mil di lepas pantai kota Takehara, Jepang, di Prefektur Hiroshima.
Mengutip Smithsonian Magazine, Pulau Okunoshima awalnya merupakan tempat Tentara Kekaisaran Jepang memproduksi ribuan ton gas beracun selama Perang Dunia II.
Kegiatan tersebut dilakukan di fasilitas yang begitu rahasia, sehingga kabarnya titik koordinat lokasinya telah dihapus dari semua peta Jepang.
The New York Times sempat menulis, racun - gas mustard, fosgen, dan jenis lainnya - digunakan untuk melawan tentara Tiongkok dan warga sipil pada tahun 1930-an dan 40-an selama perang di Tiongkok, menewaskan sekitar 80 ribu orang.
Pada 1929 ketika tentara mulai membuat senjata kimia, beberapa kelinci dibawa ke Pulau Okunoshima dan digunakan untuk menguji keefektifan gas beracun.
Hal itu memunculkan keyakinan bahwa para pekerja mungkin telah melepaskan kawanan kelinci yang setelah perang berakhir.
Tapi ada versi lain soal sejarah kedatangan kelinci di pulau ini.
![]() |
Ellis Krauss, seorang profesor politik Jepang di Universitas California San Diego, mengatakan kepada situs The Dodo dalam sebuah wawancara tahun 2014 bahwa kelinci-kelinci yang terlanjur dibawa telah dimusnahkan setelah perang.
"Kelinci uji coba semuanya ditidurkan oleh orang Amerika ketika mereka datang ke pulau... Sekitar 200 kelinci telah digunakan untuk percobaan oleh Jepang," kata Krauss.
Jika kelinci yang kini berkeliaran bukan keturunan kelinci uji coba, mungkin asalnya dari sekitar delapan kelinci yang dilepaskan oleh sekelompok anak sekolah pada 1971.
Tanpa pemangsa yang perlu dikhawatirkan - kucing dan anjing dilarang masuk pulau, begitu pula kegiatan perburuan kelinci - mamalia itu kini berkembang biak cepat ini mungkin telah berkembang biak hingga populasi mereka saat ini yang berjumlah sekitar 1.000.
Pulau Kelinci juga memiliki masalah dalam hal ledakan populasi dan kesehatan kelinci.
Menurut peneliti yang diwawancara takepart.com, pemberian makan oleh turis - yang biasanya ramai datang saat musim panas, telah menyebabkan ledakan populasi kelinci yang tidak berkelanjutan yang telah menghancurkan ekosistem pulau itu.
Demikian pula soal jadwal memberi makan yang tidak teratur, sehingga kesehatan kelinci terganggu dan kini banyak yang hanya mampu bertahan hingga usia dua tahun.
Mereka sering diberi kubis, yang notabene bukan makanan terbaik untuk kelinci karena rendahnya serat dan dapat menyebabkan kembung.
Saat ini selama pandemi virus Corona, masalah di Pulau Okunoshima juga bertambah. Sepinya turis, yang biasanya memberi mereka makanan, membuat kelinci-kelinci di sana kesulitan mencari makan.
Vegetasi Pulau Okunoshima yang tak begitu subur juga membuat kawanan kelinci berebut untuk mengisi perut.