Pandemi memberikan dampaknya terhadap banyak hal, termasuk anak-anak. Survei teranyar dari organisasi non-pemerintah, Save the Children (SC) menemukan sejumlah dampak utama yang dialami kelompok anak selama pandemi.
Deputy Director of Program Development Quality and Advocacy SC Indonesia, Tata Sudrajat mengatakan, ada tiga isu utama terkait anak yang cukup jadi sorotan.
"Anak kurang didengarkan karena kebanyakan sesuatu ditentukan orang tua, anak-anak kehilangan interaksi sosial dengan teman, juga anak dibebani lebih banyak tugas rumah tangga karena banyak waktu di rumah. Ini ada unsur tugas rumah tangga biasa maupun eksploitasi," jelas Tata dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:7 Tanda Anak Manja yang Perlu Diketahui |
Survei dilakukan di 46 negara di dunia termasuk Indonesia. Dalam survei, sebanyak 31.683 orang tua dan 13.477 anak terlibat menjadi responden. Khusus di Indonesia, survei melibatkan 4.568 orang tua dan 2.232 anak dari 30 provinsi pada 15 Juni-15 Juli 2020. Data diperoleh secara daring, wawancara melalui telepon, maupun wawancara tatap muka.
Hasilnya, sebanyak 44 persen anak mengaku dilarang bertanya tentang Covid-19 oleh orang tua. Mereka juga dilarang mengungkapkan kekhawatirannya. Hanya 1 dari 2 orang tua sering membicarakan pandemi dengan anak.
Hal ini jelas memperlihatkan minimnya dialog dalam keluarga. Hanya 11 persen keluarga dalam survei yang mau mendengarkan anak-anak. Sebanyak 14 persen keluarga meminta pendapat pada anak. Dan, 24 persen anak dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
"Kami melihat anak kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan karena masyarakat kita masih paternalistik," imbuh Tata.
Selain itu, pandemi juga membuat interaksi sosial anak dengan teman jadi terhambat. Sebanyak 15 persen anak sama sekali tidak dapat berinteraksi dengan teman, baik secara langsung maupun virtual. Namun, angka ini terbilang kecil dibandingkan dengan temuan data global sebesar 51 persen.
Selain itu, anak juga dibebani lebih banyak tugas rumah tangga. Sebanyak 1 dari 2 anak (47 persen) melakukan lebih banyak tugas rumah tangga, termasuk menjaga adik atau saudara.
Melihat temuan ini, Head of Education SC Indonesia, Imelda Usnadibrata mengatakan, kekhawatiran tentang masa depan anak akan meningkat jika dampak-dampak tersembunyi dari pandemi ini diabaikan.
Lihat juga:Bahaya Memarahi Anak di Rumah saat Pandemi |
Kesejahteraan anak jelas bisa terganggu. Survei membuktikan, 2 dari 10 anak merasa lebih tidak aman selama pandemi, 1 dari 4 anak merasa lebih sedih, 2 dari 5 anak merasa lebih cemas, dan 1 dari 2 anak merasa lebih bosan.
"Kami melihat ada kecenderungan semakin lama belajar di rumah, motivasi anak kembali ke sekolah rendah. Perlu ada antisipasi karena mungkin PJJ [pembelajaran jarak jauh] akan jadi opsi tetap. Ingat, tugas anak-anak itu bermain dan belajar demi perkembangan fisik dan mental mereka," ucap Imelda dalam kesempatan serupa.
Tak hanya itu, survei juga menemukan adanya peningkatan penggunaan gawai yang meningkat drastis pada kelompok anak. Penggunaan gawai yang sebelumnya rata-rata mencapai 1,5-4,5 jam per hari melonjak jadi 3,5-7 jam per hari.
Imelda mengingatkan bahwa penggunaan gawai dan internet perlu diimbangi dengan literasi digital. Apalagi jika mengingat risiko perundungan siber yang cukup tinggi pada anak.
(els/asr)