Paspor vaksin ialah bukti bahwa pelancong telah mendapat vaksin untuk melawan virus dan infeksi. Buktinya bisa dokumen kertas atau dokumen digital.
Ada beberapa kandidat untuk paspor vaksin COVID-19 seperti The CommonPass, atau tiket perjalanan Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang akan menunjukkan informasi tentang hasil tes pengguna, bukti inokulasi akhir, dan tautan ke salinan elektronik paspor mereka.
Perusahaan keamanan International SOS juga telah mengembangkan aplikasi serupa yang disebut AOKpass.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di satu tingkat, [CommonPass] adalah aplikasi yang memungkinkan Anda mengumpulkan, mengelola, dan berbagi informasi kesehatan Anda di tingkat pribadi. Di tingkat lain, ini adalah jaringan kepercayaan global," kata Thomas Crampton, kepala pemasaran dan komunikasi untuk Proyek Commons.
"Pemerintah di satu negara dapat mempercayai hasil tes dari entitas di negara lain."
Tetapi para ahli mengatakan, masalah terbesar dengan penggunaan paspor vaksin adalah bahwa vaksin dapat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
"Semuanya bergantung pada vaksin yang ditunjukkan untuk menghilangkan risiko penularan atau secara nyata mengurangi risiko penularan," Dr. Scott Weisenberg, direktur program pengobatan perjalanan di NYU Langone Health.
"Kemungkinan besar akan ada perbedaan dalam keefektifan dalam satu vaksin dan lainnya... Apakah [negara] masih memerlukan tes ini sebelum perjalanan atau tes itu pada saat kedatangan ... mungkin akan ada beberapa perbedaan aturan di tiap negara."
Paspor vaksin sebenarnya telah digunakan sejak tahun 1800-an, kata Crampton.
Contohnya saat demam kuning (yellow fever). Beberapa negara di Afrika sebenarnya membutuhkan bukti bahwa pelancong telah menerima vaksinasi demam kuning, yang tertulis di dalam sertifikat vaksinasi atau profilaksis internasional (atau "kartu kuning/yellow card").
"Konsep paspor vaksin sebenarnya adalah kartu kuning yang digital," kata Crampton tentang CommonPass.
CommonPass telah melakukan uji coba dengan Cathay Pacific Airways dan United Airlines dan telah bermitra dengan JetBlue, Lufthansa, Swiss International Air Lines, dan Virgin Atlantic, serta pemerintah Aruba.
Masalah privasi adalah yang terpenting dan setiap paspor vaksin memiliki cara pembagian data yang berbeda.
CommonPass, yang terhubung ke lebih dari 300 sistem kesehatan, memungkinkan pengguna untuk masuk ke situs penyedia kesehatan mereka dalam aplikasi.
Aplikasi kemudian memberi tahu pengguna tes apa (atau akhirnya catatan imunisasi) yang mereka butuhkan dan menghasilkan kode QR yang dapat ditunjukkan oleh wisatawan kepada pihak berwenang.
Lihat juga:INFOGRAFIS: Tips Main Drone di Tempat Wisata |
"Kami tidak menciptakan teknologi apa pun", kata Crampton.
"Tidak ada salinan ketiga dari data itu di mana pun ... Kami tidak menggunakan [sistem] teknis yang rumit ... untuk melindungi sesuatu. Yang kami gunakan adalah arsitektur yang kokoh. "
Tiket perjalanan IATA akan memungkinkan "laboratorium resmi dan pusat pengujian untuk membagikan sertifikat pengujian dan vaksinasi dengan aman kepada penumpang".
Sertifikat tes atau vaksinasi tersebut akan disimpan di ponsel wisatawan dan aplikasi akan menghasilkan kode QR untuk membagikan informasi yang relevan dengan pihak berwenang di penyeberangan perbatasan.
Belum ada yang bisa memastikan bahwa kehidupan akan berlangsung kembali normal setelah penduduk dunia mendapat vaksin atau paspor vaksin telah berlaku.
Selama pandemi masih berlangsung, hendaknya kita tetap mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik sebagai bagian dari menaati protokol kesehatan.
(ard)