Setiap 4 Februari diperingati sebagai Hari Kanker Sedunia. Perjuangan melawan kanker pada tahun ini dinilai lebih berat di tengah pandemi Covid-19.
"Ini tantangan yang kita hadapi. Pandemi akan berakhir, tapi kanker tetap bersama kita, angkanya semakin meningkat menjadi masalah bagi banyak individu, keluarga, dan negara. Ini masalah kita semua," kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Profesor Aru Wisaksono Sudoyo, dalam acara peringatan Hari Kanker Sedunia, Selasa (2/2).
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kanker menjadi salah satu komorbid yang menyebabkan komplikasi dan kematian pada Covid-19. Orang dengan penyakit kanker rentan terinfeksi virus corona dan mengalami gejala yang parah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kejadian pandemi telah memberikan dampak pada berbagai sektor, termasuk pada pelayanan kesehatan kanker sebagai salah satu komorbid yang menyumbangkan 1,8 persen kematian pada penderita Covid-19," kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Pada tahun ini, Hari Kanker Sedunia mengangkat tema 'I am and I Will' yang berarti 'Saya dan Saya Akan'. Kampanye ini bertujuan untuk mengajak setiap orang ikut serta berjuang melawan kanker.
"Hari Kanker Sedunia mengingatkan kita akan bahaya kanker dan upaya pencegahannya. Diharapkan masing-masing kita berperan dan berkomitmen dalam penanggulangan kanker. Sekecil apapun akan sangat berarti," kata Budi.
Budi menjelaskan, sekitar 30-50 persen kanker dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan deteksi dini secara berkala.
"Dengan demikian, sekitar 3,7 juta jiwa dapat diselamatkan setiap tahun," ucap Budi.
Kanker dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup sehat seperti rutin berolahraga, konsumsi makanan yang sehat, tidur yang cukup, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi minuman alkohol.
Sejumlah kanker seperti kanker payudara, kanker serviks, dan kanker usus bisa dideteksi dini. Kanker yang dideteksi dini dapat dicegah dari keganasan dan meningkatkan peluang kesembuhan.
(ptj/asr)