SURAT DARI RANTAU

Imlek Tanpa Barongsai di Victoria Park

Ega Putera Sunarja | CNN Indonesia
Minggu, 14 Feb 2021 15:25 WIB
Penduduk terlihat melakukan ibadah menyambut Imlek di Kuil Wong Tai Sin, Hong Kong, pada Jumat (12/2). (AP/Kin Cheung)
Hong Kong, CNN Indonesia --

Nuansa merah dan emas yang biasanya menghiasi jalanan di kota Hong Kong dengan meriah saat Tahun Baru China (Imlek), pada tahun terlihat lebih sepi karena pandemi virus Corona.

Sama seperti di Indonesia, Imlek biasanya dirayakan dengan kegiatan mudik, acara kumpul di restoran, sampai liburan. Namun pemerintah kota Hong Kong menerapkan aturan jam malam dan pembatasan perjalanan, sehingga tak terjadi penularan virus Corona.

Saat Imlek kemarin, rasanya penduduk Hong Kong hampir tidak ada yang mudik atau liburan ke luar negeri. Saya yang biasanya pulang ke Indonesia juga memilih berkumpul bersama teman-teman PPI Hong Kong. Kami yang tak bisa bepergian melakukan kegiatan masak-masak.

Restoran dan pertokoan juga tutup lebih cepat, sejak jam 6 sore kawasan belanja dan hiburan yang biasanya ramai langsung sepi.

Hanya taman dan tempat wisata alam yang dibuka. Tapi Victoria Park, yang biasanya dimeriahkan oleh Flower Festival setiap Imlek di mana pengunjung bisa menikmati bazaar, piknik, sampai atraksi barongsai, juga tak menggelar acara tersebut.

Victoria Park masih dibuka, tapi pengunjung yang datang kebanyakan untuk piknik dalam jumlah kecil.

Protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan jaga jarak tetap diterapkan.

Selain ke taman kota, saya dan teman-teman juga biasanya melakukan liburan singkat ke pantai atau bukit di Hong Kong Island dan New Territories.

Belum lama ini PPI Hong Kong mengadakan acara hiking di Pineapple Hill.

Walau jumlah pesertanya dibatasi, namun acaranya berlangsung seru.

Karena tak ada jam malam di objek wisata alam, tentu saja pantai dan bukit menjadi destinasi wisata favorit penduduk Hong Kong. Ramai sudah pasti, sehingga kalau ingin hiking di sana sebaiknya datang lebih pagi.

Penduduk Hong Kong terlihat mendatangi High Junk Peak untuk hiking. (AFP/YAN ZHAO)

Bulan ini Hong Kong memasuki musim dingin. Tak ada salju yang turun, namun suhunya bisa mencapai 17 derajat Celcius. Hujan juga lebih sering turun.

Di tengah tahun ke-tiga masa perkuliahan saya di jurusan Ilmu Komputer di The Chinese University of Hong Kong, saya beberapa kali sering melakukan kerja sampingan saat liburan musim panas.

Kalau untuk mahasiswa, biasanya zona tempat kerja yang diizinkan ialah yang masih berada di sekitar kampus. Bayarannya lumayan untuk menambah uang jajan, sekitar Rp75 ribu per jam.

Penduduk Hong Kong berbicara bahasa Kanton. Hingga saat ini pun saya mencoba menguasai bahasa mereka sehingga bisa lebih akrab.

Tapi sebenarnya mereka tak segan berbicara bahasa Inggris kepada pendatang, jadi kalau sedang jalan-jalan sendirian dan ingin bertanya menu atau arah jalan ke penduduk lokal kita tak perlu khawatir.

Setelah melewati Natal dan Imlek yang sepi, saya harap pandemi virus Corona bisa segera berakhir dan aktivitas di Hong Kong bisa kembali pulih serta berjalan dengan normal.

[Gambas:Instagram]



---

Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Tulisan yang dikirim minimal 1.000 kata dan dilengkapi minimal tiga foto berkualitas baik yang berhubungan dengan cerita. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, silakan hubungi sdr@cnnindonesia.com

(ard)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK