Kasus Wanita Cianjur Hamil, Ahli Jelaskan soal Pendarahan
Kehamilan dan persalinan Siti Jainah, seorang perempuan di Cianjur yang mengaku hamil dalam 1 jam tanpa hubungan seks, menuai pertanyaan besar.
Dia yang mengaku haid teratur tiap bulan merasa kaget perut mulasnya berujung pada kelahiran seorang bayi perempuan. Profesor Ali Baziad, spesialis kandungan dan kebidanan-konsultan fertilitas endokrinologi reproduksi, menuturkan fenomena ini tidak ada di dunia medis.
Ali justru curiga ada kemungkinan Siti mengalami pendarahan selama kehamilan yang tidak disadarinya. Spotting, flek, hingga pendarahan bisa terjadi saat hamil akibat kelainan-kelainan termasuk kelainan rahim, plasenta, miom, polip hingga tumor. Namun perempuan kerap abai karena dianggap haid biasa.
"Pendarahan itu akibat penyakit sehingga harus ke dokter. Sayangnya kebanyakan perempuan menganggap darah yang keluar dari vagina itu dianggap haid," kata Ali pada CNNIndonesia.com, Senin (15/2).
Adapun beberapa penyebab pendarahan pada ibu hamil umumnya sebagai berikut.
1. Pendarahan implantasi
Melansir dari Healthline, implantasi berarti sel telur menempel pada rahim. Implantasi terjadi 6-12 hari setelah pembuahan. Telur yang sudah dibuahi akan mengapung dan harus menempel pada lapisan rahim untuk memperoleh oksigen dan nutrisi.
Aktivitas ini bisa mengakibatkan flek atau pendarahan ringan. Pendarahan implantasi biasanya terjadi tepat sebelum periode menstruasi Anda dimulai. Pendarahan ini kerap dianggap sebagai menstruasi biasa.
Untuk mengenalinya, Anda musti mengecek gejala lain untuk mengetahui ini pendarahan implantasi atau haid. Haid akan disertai gejala lain seperti kram ringan, sakit punggung bawah, sakit kepala, mual, juga rasa tidak nyaman pada payudara.
2. Polip serviks
Polip serviks merupakan kondisi pertumbuhan jaringan seperti jari pada serviks atau 'gerbang' dari vagina ke rahim. Polip serviks biasanya jinak. Namun polip bisa meradang dan mengakibatkan pendarahan. Anda bisa mendeteksi keberadaan polip serviks lewat pemeriksaan panggul rutin.
3. Kehamilan ektopik
Setelah dibuahi, normalnya sel telur akan menempel pada rahim. Namun pada kehamilan ektopik, sel telur malah menempel pada bagian luar rahim. Sebagian kehamilan ektopik terjadi di saluran tuba (penghubung indung telur dan rahim).
4. Fibroid uterus
Fibroid uterus kerap disebut mioma (leiomyomas). Melansir dari Mayo Clinic, miom adalah pertumbuhan rahim nonkanker. Mioma tidak berkaitan dengan kanker rahim dan kondisi ini hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker.
Banyak perempuan mengalami mioma tetapi tidak sadar karena kerap tidak menimbulkan gejala. Namun saat massa miom cukup besar, ini bisa merusak dan memperbesar rahim.
Gejala mioma antara lain, pendarahan hebat, rasa sakit pada panggul, kerap buang air kecil, sulit mengosongkan kemih, konstipasi, sakit punggung atau kaki.
5. Subchorionic hematoma
Subchorionic hematoma terjadi saat plasenta sedikit terlepas dari dinding rahim sehingga terbentuk kantung di antara keduanya. Pendarahan yang terjadi cukup bervariasi. Pada kasus pendarahan kecil, kebanyakan perempuan bisa tetap bisa mempertahankan kehamilannya. Namun untuk pendarahan hebat, bisa meningkatkan risiko keguguran pada 20 minggu pertama kehamilan.
6. Infeksi
Kadang pendarahan tidak berhubungan dengan kehamilan. Infeksi pada area panggul, kandung kemih, atau saluran kencing bisa menimbulkan flek dan pendarahan. Infeksi kemungkinan disebabkan bakteri, virus atau jamur.
Biasanya pendarahan akan diikuti gejala lain misalnya, gatal, nyeri pada perut bagian bawah, sensasi seperti terbakar saat buang air kecil, keputihan, dan bengkak pada bagian luar vagina.
7. Keguguran
Pendarahan hebat di trimester pertama ditambah nyeri kemungkinan terkait dengan keguguran. Selain pendarahan berat, keguguran akan memiliki gejala seperti, darah berwarna merah cerah hingga coklat, nyeri di perut bagian bawah, rasa sakit seperti terkena benda tumpul atau tajam di punggung bawah, kram, lalu darah yang keluar seperti gumpalan atau jaringan.
(els/chs)