HARI TIDUR SEDUNIA

Kala Tidur Teratur di Masa Pandemi Jadi Tantangan Berat

CNN Indonesia
Jumat, 19 Mar 2021 07:45 WIB
Sebuah survei menemukan bahwa sejak pandemi Covid-19, 71 persen responden mengalami perubahan pola tidur.
Ilustrasi. Sebuah survei menemukan bahwa sejak pandemi Covid-19, 71 persen responden mengalami perubahan pola tidur. (iStockphoto/demaerre)
Jakarta, CNN Indonesia --

Selamat tidur dunia! Hari ini Anda layak meraih bantal dan memejamkan mata di kasur nan empuk. Kenapa? 19 Maret 2021 diperingati sebagai World Sleep Day atau Hari Tidur Sedunia.

Tiap tahun sejak 2008, Hari Tidur Sedunia diperingati dalam rangka merayakan aktivitas tidur dan pentingnya tidur berkaitan dengan beragam isu termasuk kesehatan, pendidikan, aspek sosial dan keselamatan.

Dikutip dari laman resmi World Sleep Society, peringatan Hari Tidur Sedunia jatuh di tanggal berbeda tiap tahun tetapi selalu pada hari Jumat sebelum spring vernal equinox.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Equinox merupakan fenomena matahari berada di atas garis khatulistiwa. Akibatnya, seluruh tempat di bumi akan memiliki jumlah jam siang 12 jam, demikian pula malam juga 12 jam. Equinox pada Maret disebut spring vernal equinox (musim semi) untuk wilayah bumi bagian utara.

Tahun ini, Hari Tidur Sedunia mengambil tema 'Regular Sleep, Healthy Future' atau tidur teratur, masa depan sehat. Melihat situasi pandemi Covid-19, rupanya mewujudkan tema ini menemui tantangan berat.

Dalam surveinya di negara-negara Asia-Pasifik, Philips menemukan bahwa sejak pandemi Covid-19, 71 persen responden mengalami perubahan pola tidur, banyak terjaga hingga larut akibat cemas atau menemui masalah finansial.

"Responden menemui lebih dari satu masalah tidur. Kalau dilihat di Asia-Pasifik, hampir dua per tiga responden pola tidurnya dipengaruhi pandemi, mengalami stres, masalah kesehatan mental sehingga susah tidur nyenyak. Padahal tidur cukup itu sangat penting, bagian dari kesejahteraan (wellness)," ujar Pim Preesman, Presiden Direktur Philips Indonesia, dalam webinar pada Selasa (16/3) lalu.

Begitu banyak masalah berkaitan dengan tidur, tetapi dokter kesehatan tidur Andreas Prasadja, menyorot pada insomnia. Merujuk pada Journal of Clinical Sleep Medicine (Februari, 2021), Google Trends merilis ada peningkatan pencarian internet terkait insomnia selama pandemi. Insomnia dan pandemi ini pun membawa pada tren baru yang disebut coronasomnia.

"Simpelnya banyak orang enggak bisa tidur atau insomnia selama pandemi. Padahal kesehatan tidur berkaitan dengan sistem imun tubuh," kata Andreas dalam kesempatan sama.

Bukan sekadar omong kosong sebab merujuk pada beberapa riset, kurang tidur bisa membuat seseorang rentan terinfeksi rhinovirus, virus penyebab flu atau common cold.

Riset membandingkan efisiensi tidur yang dihitung dari total waktu tidur dibagi total waktu di tempat tidur dan kerentanan terinfeksi virus. Disebutkan, partisipan yang memiliki efisiensi tidur kurang dari 92 persen, hampir semua terkena flu.

Berkaitan dengan vaksinasi, dalam riset yang diterbitkan di JAMA (2002) disebutkan partisipan yang cukup tidur sebelum menerima vaksin memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibanding partisipan yang kurang tidur.

"Kurang tidur berakibat pada tinggi hormon stres sehingga meningkatkan inflamasi dalam tubuh. Kaitannya dengan ini, semua gangguan pada proses tidur akan meningkatkan reaksi peradangan termasuk insomnia," imbuhnya.

Dokter yang berpraktik di Snoring & Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Kemayoran ini pun mengingatkan selain olahraga dan asupan makan, istirahat atau tidur jadi elemen penting dalam kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Oleh karena itu, penting untuk mulai memperhatikan aktivitas tidur Anda. Di masa pandemi, tidur terasa makin menantang selain karena stres, cemas, takut juga karena perubahan aktivitas sehari-hari.

Orang harus banyak beraktivitas di rumah termasuk bekerja pun dari rumah. Persoalan coronasomnia alias insomnia di masa pandemi pun terbilang akibat aktivitas di lingkungan yang monoton sehingga mengganggu jam sirkadian tubuh.

Manusia yang biasanya memiliki 'irama' dari bangun tidur hingga beranjak tidur kemudian monoton ini bisa berdampak pada insomnia.

"Segera kembalikan irama harian itu. Sederhananya bedakan siang dan malam. Aktivitas harus dibedakan, jangan sampai Netflix sampai malam atau kerja sampai malam. Bila perlu pakaian diatur, jangan pakai piyama atau daster seharian. Atur lingkungan, kamar tidur hanya untuk tidur. Kemudian pencahayaan, siang ya terang, malam ya tentu ada pencahayaan tapi diatur beda dengan siang hari," jelasnya.

(els/agn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER