Tak bisa dimungkiri, ngorok atau mendengkur memang terasa mengganggu. Ada beberapa mitos yang tersebar mengenai ngorok.
Bukan soal suara berisik yang ditimbulkan, ngorok juga berarti menjadi sinyal bahaya terkait kondisi kesehatan tubuh. Ahli somnologi atau kesehatan tidur, dr Andreas Prasadja mengatakan, 95 persen kasus mendengkur mengarah pada sleep apnea atau henti napas saat tidur.
Artinya, ngorok atau mendengkur tak bisa dianggap sepele.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Cara Menghilangkan Ngorok saat Tidur |
Namun, sayangnya beberapa mitos yang tersebar membuat ngorok kerap dianggap hal yang biasa dan tak mendapatkan perhatian lebih.
Berikut beberapa mitos soal ngorok dan faktanya.
Satu hal yang jadi keprihatinan Andreas adalah ngorok yang kerap dianggap wajar. Tak hanya itu, ngorok bahkan kerap jadi bahan canda.
"Orang yang ngorok, tiap tidur itu mempertaruhkan nyawa, membahayakan nyawa,"ujar Andreas, pada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu
Saluran napas yang rileks bisa menimbulkan suara atau biasa disebut ngorok. Namun, saat tertutup, orang akan merasa sesak, bahkan bukan tidak mungkin saluran napas ini akan tertutup cukup lama sehingga tubuh kekurangan oksigen.
Ngorok bukan aktivitas yang wajar. Penting untuk memperhatikan kebiasaan ngorok pasangan dan mengambil tindak lanjut saat kebiasaan ini berlangsung beberapa hari berturut-turut.
Sebagian orang menganggap bahwa ngorok adalah pertanda tidur yang nyenyak. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
Psikiater Dharmawan A. Purnama mengatakan, ngorok bukan pertanda seseorang tidur nyenyak. Justru, ngorok merupakan indikasi medis.
"Jangan dikira kalau ngorok itu tidurnya nyenyak. Ngorok berarti ada yang tersumbat pada saluran pernapasan atau permasalahan pada otak," kata Dharmawan kepada CNNIndonesia.com saat dihubungi secara terpisah.
Dia menyarankan setiap orang untuk memeriksakan ngorok atau kebiasaan mendengkur ke dokter agar mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.