Istvan Kormendi tak membiarkan trauma akibat tragedi Holocaust yang menimpanya membuat dia tak lagi berkarya untuk sesama.
Sebaliknya, Kormendi masih membuka praktik dokter meski usianya sudah menyentuh usia 97 tahun. Dia mungkin saja menjadi dokter tertua yang masih praktik sampai saat ini.
Kormendi memulai kariernya sebagai dokter pada 1950 dan resmi pensiun pada tahun 1989. Namun ia masih dikontrak oleh sebuah lembaga sistem kesehatan di negaranya, Hungaria sehingga dia masih punya izin untuk praktik dan memeriksa pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ayah saya adalah seorang dokter dan membuka praktik ini pada tahun 1920, saya lahir dan dibesarkan sebagai seorang anak di sini," cerita Kormendi seperti yang dikutip AFP.
Dia pun kembali mengingat kembali kenangan masa kecilnya.
Ia lahir di apartemen kecil milik orang tuanya di dekat ibu kota Hungaria. Ayahnya juga seorang dokter dan memiliki praktik kecil di apartemennya sejak 1920.
Kormendi masih menyimpan rapi memorinya bersama dengan sang ayah. Sebuah foto menggantung di dinding apartemennya, ayahnya berseragam dokter militer selama Perang Dunia I bersama dengan Kormendi saat kecil.
Terinsipirasi oleh sang ayah, Kormendi memutuskan untuk belajar dan menjadi seorang dokter. Namun garis keturunan Yahudi, ia dilarang masuk ke universitas saat Perang Dunia II.
Saat itu, tanpa rasa takut, Kormendi terus menghadiri kelas sambil menyembunyikan identitasnya dari teman sekelasnya. Tekad belajar Kormendi tak arang setelah ia diperintahkan untuk melakukan kerja paksa bersama ribuan orang Yahudi saat pendudukan Jerman di Hongaria pada tahun 1944.
"Selain dua kaleng makanan untuk bertahan hidup, saya juga membawa dua buku kuliah tahun ketiga di ransel saya," kenang Kormendi.
Kormendi melarikan diri dan bersembunyi di Budapest, ia menghindar dari kamp kematian jelang akhir perang. Selama di tempat persembunyiannya, ia bahkan sempat merawat tentara Jerman yang terluka.
Kini Kormendi memiliki dua cucu dari putrinya yang juga berprofesi sebagai dokter. Di usianya yang kini 97 tahun, Kormendi masih merawat 300 orang lokal, termasuk seorang nenek berusia 70-an.
![]() Istvan Kormendi |
Kormendi mengaku selama pandemi covid-19 membuat pekerjannya semakin sulit. Sebagian besar pasiennya hanya bisa berkonsultasi melalui telepon atau email meski sudah divaksinasi.
"Saya tidak terlalu menyukainya karena seharusnya hubungan dokter-pasien dilakukan dengan tatap muka secara pribadi," ucap Kormendi.
Ia khawatir perawatan yang dilakukan jarak jauh ini akan mengakibatkan penurunan kualitas perawatan medis. Meski begitu, Kormendi mengaku sering bekerja hingga larut malam.
Bahkan ia juga tak berpikiran untuk berhenti dari profesinya sebagai dokter.
"Itu adalah hasrat saya, saya ingin menyembuhkan pasien saya selama saya sehat," tutupnya.
(auz/chs)