Studi di Amerika: Vaksin Lindungi Ibu Hamil dan Bayinya
Sebuah studi penelitian di American Journal of Obstetrics and Gyencology yang diumumkan pada Kamis (25/3) menyimpulkan bahwa bahwa vaksinasi corona Pfizer/BioNTech pada ibu hamil berhasil memberikan antibodi virus corona pada bayi baru lahir.
Hasil studi ini dilakukan oleh para peneliti gabungan dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, Rumah Sakit Brigham dan Wanita dan Institut Ragon MGH, MIT dan Harvard. Mereka mengamati 131 wanita yang menerima vaksin Pfizer dan Moderna.
Di antara peserta terdapat 84 orang ibu hamil, 31 orang ibu menyusui dan 16 wanita tidak hamil. Sampel diikumpulkan pada 17 Desember 2020 dan 2 Maret 2021.
Tingkat antibodi yang dihasilkan setara pada wanita hamil dan menyusui dan wanita yang tidak hamil. Tim peneliti mencatat bahwa tingkat antibodi yang dihasilkan dari vaksin ini 'lebih tinggi' daripada yang dihasilkan dari infeksi virus corona selama kehamilan.
"Vaksin tersebut tampaknya bekerja dengan sangat efektif kepada wanita-wanita ini," kata salah satu peneliti sekaligus profesor kedokteran di Ragon Intitute Galit Alter dikutip dari CNN.
Selain itu, tim juga menemukan bahwa wanita memberikan antibodi tersebut kepada bayi mereka yang baru lahir. Tingkat antibodi ini diukur dari dalam air susu ibu (ASI) dan plasenta.
Namun, Alter menambahkan bahwa perlu penelitian lanjut untuk memahami beberapa lama antibodi tersebut bertahan pada bayi yang baru lahir.
Pada saat penelitian, peserta menggunakan alat V-safe dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Alat itu memungkinkan orang yang telah menerima vaksin Covid-19 untuk melacak reaksi mereka.
Alter mengatakan bahwa para ibu tidak tidak menunjukkan efek samping yang berlebihan ketimbang orang biasa usai vaksin. Artinya, tak ada masalah efek samping yang dialami ibu hamil usai vaksinasi.
Sementara itu, tim peneliti juga menemukan tingkat antibodi yang serupa pada wanita yang divaksinasi dengan kedua vaksin tersebut. Mereka menemukan tingkat antibodi IgA yang lebih tinggi pada wanita hamil yang menerima vaksin Moderna. Ia pun menambahkan bahwa jenis antibodi yang diterima lebih efisien ke bayi dalam jangka waktu yang cukup lama.
"Ada beberapa alasan untuk berpikir bahwa memiliki tingkat kekebalan IgA yang lebih tinggi mungkin lebih melindungi," kata Alter.
Namun, sekali lagi Alter mengatakan bahwa temuan ini perlu penelitian lebih lanjut untuk membantu menambah informasi dalam keputusan tentang vaksin untuk ibu hamil.
Sebelumnya, ibu hamil dan menyusui tidak dimasukkan dalam uji klinis vaksin. Maka dari itu para peneliti dan petugas kesehatan melangkah untuk mengisi kekosongan.
Menurut CDC, orang hamil dengan Covid-19 berada pada tingkat risiko penyakit parah dan menyebabkan risiko yang merugikan seperti kelahiran prematur. CDC berharap untuk mempelajari keamanan vaksin terhadap 13.000 orang hamil untuk masing-asing tiga vaksin corona resmmi.
Agensi telah mendaftarkan sebanyak 3.612 wanita hamil pada 22 Maret lalu. Mereka juga telah dipasangi alat V-safe untuk melihat reaksi setelah vaksin.
"Ini kebutuhan yang mendesak, karena kami tidak hanya melindungi satu orang dalam upaya vaksin ini, kami melindungi dua orang pada saat yang bersaman," kata Alter.
(auz/chs)