Meski secara umum orang yang telah terkena cacar air berisiko mengalami cacar api di masa dewasa, ada beberapa faktor risiko lainnya. Berikut mengutip Mayo Clinic.
1. Usia di atas 50 tahun
Orang berusia di atas 50 tahun berisiko mengalami cacar api. Kondisi ini disebabkan oleh semakin menurunnya sistem kekebalan tubuh pada usia tersebut.
2. Penyakit tertentu
Orang dengan penyakit tertentu yang menyerang sistem kekebalan tubuh berisiko tinggi terkena penyakit ini. Misalnya saja orang dengan HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
3. Menjalani pengobatan kanker
Radioterapi dan kemoterapi bisa menurunkan kekuatan tubuh melawan penyakit.
4. Konsumsi obat-obatan tertentu
Penggunaan obat steroid dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko herpes zoster.
Handoko menjelaskan, cacar api memang bisa sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh kuat. Namun, rasa sakit yang ditimbulkan bisa sangat mengganggu aktivitas Anda. Bahkan ada kalanya, orang yang terinfeksi cacar api tak bisa bangun dari tempat tidur karena merasa sangat nyeri pada bagian yang terkena.
Bahkan setelah sembuh, seseorang bisa terus merasa nyeri berkepanjangan atau neuralgia postherpetic. Kondisi ini terjadi karena serabut saraf yang rusak akibat virus mengirim pesan rasa sakit pada otak.
"Meski sudah sembuh, virusnya sudah tidak aktif, dia akan merasa nyeri berkepanjangan dan mengganggu kualitas hidupnya, apalagi bagi lansia," kata Handoko.
Pertumbuhan herpes zoster di bagian dekat mata juga bisa membuat penglihatan Anda terganggu. Karena virus berdiam diri pada serabut dekat mata, ia akan mengalami perih, bengkak, merah, gatal, hingga sakit kepala. Jika virus tumbuh pada bagian telinga, Anda akan merasa sakit kepala tak tertahankan, kehilangan indera pengecapan, hingga mengalami gangguan pendengaran.
Lenting berisi air yang pecah dan dibiarkan juga bisa menyebabkan infeksi bakteri atau jamur. Sebaiknya Anda perhatikan kebersihan kulit di bagian yang terinfeksi agar tak menyebabkan infeksi lainnya dari bakteri.
"Itu sebabnya pengobatan sedini mungkin diperlukan untuk menghindari komplikasi yang ada, selain itu, pengobatan medis juga bisa mencegah infeksi bakteri pada kulit," ujar Handoko.
Handoko mengatakan, pengobatan pada pasien cacar api dilakukan dengan memberikan obat antibiotik oral dan salep yang dioleskan pada bagian yang terinfeksi. Dokter juga biasanya akan memberikan obat pereda nyeri dan obat demam, untuk meredakan gejala.
Selama masa pengobatan, pasien sebaiknya tidak melangsungkan kontak erat dengan keluarga dan menjalani isolasi di rumah selama beberapa hari untuk menghindari penularan.
"Isolasinya tidak lama seperti Covid-19, biasanya 3-10 hari, sampai virusnya tidak aktif, atau gejalanya membaik," kata Handoko.
Herpes yang sudah membaik ditandai dengan perubahan warna lenting dan ruam menjadi merah gelap atau coklat serta lenting yang mulai mengempis.
Namun, ruam atau lenting dari herpes zoster biasanya akan membekas dan memerlukan penanganan lebih lanjut untuk menghilangkannya.
Lihat juga:Cara Mengobati Herpes pada Bayi |
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah herpes zoster adalah dengan vaksinasi herpes. Orang berisiko seperti lansia sebaiknya mendapatkan vaksin herpes secara rutin setiap tahun.
Handoko mengatakan, vaksin juga masih tetap efektif mencegah herpes zoster meskipun sudah mengalaminya sebelumnya. Vaksinasi herpes zoster sebaiknya dilakukan secara berkala sesuai petunjuk dokter.
"Vaksin herpes terbukti efektif mencegah, meski sudah pernah terkena herpes zoster, pada lansia dia bisa diberikan setiap tahun, orang yang lebih muda bisa vaksinasi 3-5 tahun sekali bergantung pada kondisi fisiknya," kata Handoko.
(mel/asr)